Читайте также: |
|
Dua minggu kemudian…
“Kyuhyun~a, cepat pulang! Hye-Na hilang dan tiba-tiba saja ada surat aneh yang datang!” seru eommaku saat aku baru saja mengangkat telepon.
“Hilang? Surat? Surat apa?” tanyaku panik.
“Surat cerai.”
***
Aku meremas surat sialan itu sampai hancur. Apa-apaan ini? Cerai? Apa yang ada di otak yeoja itu?
“Eomma tidak tahu dia dimana?”
Eommaku menggeleng, sibuk menenangkan Jino yang dari tadi menangis.
Aku meraih HP-ku, mencoba menghubungi appa Hye-Na. terdengar nada sambung di seberang sana dan sesaat kemudian suara appanya menjawab.
“Appa, apa Hye-Na ada disana?”
***
HYE-NA’S POV
Aku berjalan gontai di sepanjang trotoar menuju rumahku. Otakku rasanya hampir meledak saking stressnya. Aku baru saja mengambil keputusan terbesar sekaligus terburuk dalam hidupku. Yang berakibat pada kematian seluruh syarafku. Kalau ada manusia yang seperti mayat hidup, akulah orangnya.
Aku mendorong pintu pagar sampai terbuka. Melihat mobil Ferrari hitam terparkir di halaman rumahku membuatku refleks melangkah mundur keluar pagar. Tapi belum sempat aku mencapai pagar, aku mendenagr suara dingin yang menghentikanku. Setajam silet walaupun masih terdengar tenang dan terkontrol. Aku terpaku, dia belum pernah berbicara dengan nada seperti itu padaku.
“Jangan jadi pengecut, Hye-Na.”
Aku berbalik, mendapatinya sedang bersandar di bagian belakang mobilnya. Dan yang membuatku syok adalah dia merokok. Tampangnya tampak acak-acakan walaupun masih lebih tampan daripada namja manapun yang pernah kulihat.
Dia membuang rokoknya ke tanah, menginjaknya sampai hancur. Lalu dia melaangkah ke arahku, mencengkeram tanganku dengan kasar, menarikku masuk ke dalam rumah.
Appaku sedang di luar negeri dan aku pikir tidak ada yang bisa menyelamatkanku dari amukannya. Dia benar-benar terlihat hampir meledak sekarang saking murkanya.
Dia membanting pintu sampai tertutup, mendorongku sampai tersudut ke dinding.
“Apa yang kau lakukan?” bentaknya.
“Cerai,” jawabku, berusaha mengumpulkan keberanian.
“Wae?” tanyanya dengan suara bergetar menahan marah.
“Kau kan menikahiku hanya untuk mendapatkan keturunan. Aku sudah memberikannya, jadi kau bisa menceraikanku sekarang.”
Dia mencengkeram bahuku lebih kuat, membuatku meringis kesakitan.
“Brengsek, aku mencintaimu! Tak tahukah kau?”
Aku terhenyak kaget, mencoba menyerap ucapannya barusan.
“Persetan dengan perasaanmu padaku! Aku tidak peduli kalau kau menjalin hubungan dengan namja manapun di dunia ini, tapi tolong jangan memperlakukanku seperti ini! Tolong bertahanlah! Tidak apa-apa kalau aku harus hidup walaupun setiap hari kau menyakitiku, itu jauh lebih baik daripada hidup tanpamu. Aku butuh eksistensimu untuk bernafas, Na~ya….”
***
Aku terlalu kalut untuk mendengar semua pengakuannya. Coba pikir, bagaimana mungkin namja sesempurna ini mencintaiku? Kalau ini lelucon, semuanya benar-benar sudah kelewatan.
“Aku terbiasa denganmu itu benar. Takut kau pergi juga benar. Aku terobsesi padamu, itu bisa kupertanggungjawabkan, jadi tolong, berusahalah untuk mencintaiku. Aku bisa memberimu waktu seumur hidup kalau perlu.”
Aku jatuh terduduk di lantai. Membenamkan wajahku ke atas lutut. Dia memintaku untuk belajar mencintainya? Yang benar saja! Ini bahkan sudah melampaui tahap tergila-gila!
***
Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 40 | Нарушение авторских прав
<== предыдущая страница | | | следующая страница ==> |
KYUHYUN’S POV | | | KYUHYUN’S POV |