Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV

Aku mengaduk-aduk makananku tanpa selera, sibuk bertanya-tanya dalam hati seberapa hebatnya gadis ini sampai bisa membuatku tidak waras seperti ini. Kenapa seolah-olah dia mendadak jadi bagian penting dalam hidupku? Seolah-olah aku begitu merindukannya. Seolah-olah aku telah mencintainya seumur hidupku.

“Kyuhyun sepertinya sudah tidak sabar untuk menikahimu, Hye-Na~ya, makanya dia meminta kami cepat-cepat datang kesini untuk melamarmu.”

Aku mendelik menatap ibuku. Membuatku malu saja.

“Bagus itu!” ujar ayah Hye-Na sambil tersenyum lebar ke arahku. Aku membalas senyumnya dan beralih menatap Hye-Na, penasaran dengan reaksinya. Dia balas memandangku. Wajahnya begitu datar tanpa ekspresi.

“Jadi kalian mau langsung menikah atau tunangan dulu?” Tanya ibuku tiba-tiba.

“Menikah,” ujar Hye-Na di luar perkiraanku.

Aku berusaha membaca raut wajahnya, tapi tetap saja tidak ada reaksi apapun di wajahnya.

“Bagaimana kalau bulan depan? 3 minggu sepertinya cukup,” kata ibuku mendadak bersemangat.

Ayahku mengangguk setuju.

“Bagaimana, Hye-Na~ya?” tanya ayahnya.

“Terserah. Aku ikut saja.”

 

***

 

HYE-NA’S POV

Mereka sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu, tapi aku masih saja duduk terpekur di atas ranjangku. Melayangkan pikiran ke tahun-tahun sebelumnya. Saat Eunhyuk mengungkapkan perasaannya terhadapku di depan murid satu sekolahan saat malam pesta dansa kelulusan…. Betapa dalam perasaanku dulu padanya….

Dulu? Aku bahkan tidak tahu kenapa aku menggunakan kata dulu untuk perasaanku padanya. Memangnya sekarang kenapa? Perasaanku sekarang kenapa? Atau aku memang tidak pernah punya perasaan apa-apa terhadapnya?

Jauh dalam lubuk hatiku, aku tahu aku tidak pernah mencintainya. Seolah-olah hatiku sudah dipesan untuk seseorang. Seolah-olah aku sedang menunggu seseorang datang untuk mengambil hatiku.

Aku mulai 100% yakin bahwa aku pasti amnesia, bahwa aku melupakan sesuatu yang paling penting dalam hidupku. Tapi apa? Karena kalau namja itu memang orang terpenting dalam hidupku, dia pasti akan mengenaliku, kan? Masa dia juga amnesia?

Appaku mengetuk pintu kamarku dari luar.

“Masuk,” ujarku.

Beliau membuka pintu lalu masuk ke dalam dan duduk di sampingku. Dia mengusap rambutku pelan, membuatku tidak tahan untuk tidak menyurukkan wajahku di dadanya. Memeluknya erat-erat. Aku suka sekali wangi tubuh appaku. Sangat khas.

“Kau yakin, Hye-Na~ya?”

Aku mendongakkan kepala, menatapnya lalu mengangguk.

“Anak baik. Tapi kenapa kau cepat sekali berubah pikiran? Apa karena dia tampan?” canda appaku, membuatku tertawa kecil.

“Salah satunya,” ujarku.

“Lalu yang lain?”

“Yang lain? Entahlah. Rasanya aneh. Aku ingin saja menikah dengannya.”

Appaku tersenyum lalu menepuk-nepuk punggungku lembut.

“Eunhyuk bagaimana?”

Aku menghela nafas mendengar nama itu disebut. Aku sudah memikirkannnya dari tadi tapi tetap saja tidak ada jalan keluar.

 

***

 

Aku menunduk, pura-pura memperhatikan jariku yang saling bertaut. Aku takut sekali mendengar reaksi Eunhyuk setelah aku memberitahunya bahwa aku akan menikah dengan orang lain. Dia tidak bertanya dengan siapa dan aku juga tidak berniat memberitahunya dengan siapa aku akan menikah. Dia hanya diam dan itu membuatku gila!

“Aku mohon bicaralah,” pintaku setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan.

“Kau mau aku bicara apa? Kau mau aku melepaskanmu? Kau tahu aku tidak akan sanggup, Hye-Na,” ujarnya dengan nada begitu putus asa.

Aku mengangkat wajah untuk menatapnya, mencelos saat menyadari kekagumanku dulu menghilang begitu saja, seolah-olah perasaan itu tidak pernah singgah sedikitpun. Yang ada sekarang hanyalah rasa tidak enak hati karena aku harus melukai perasaannya.

Dia dulu pernah dihukum karena terlambat saat hari pertama kuliah hanya karena aku meninggalkan atribut OSPEK-ku di rumah dan dia rela menjemputnya demi aku. Dia pernah memberikan makalahnya untukku hanya karena aku lupa membuatnya sehingga dia harus membuat tugas itu dua kali lipat sebagai hukuman. Dia mengisikan kertas ujianku saat aku lupa kalau hari itu ada kuis mendadak, sampai-sampai dia mendapat nilai terendah di kelas karena ujiannya sendiri tidak selesai. Dia rela tidak tidur semalaman untuk menemaniku mengobrol di telepon, padahal waktu itu aku tahu dia kelelahan karena siangnya dia harus membantu bibinya mengurus pernikahan sepupunya. Dan masih ada banyak lagi pengorbanannya untukku. Untuk keegoisanku.

“Kau mencintainya?” tanyanya tiba-tiba.

“Sama sekali tidak.”

“Lalu?”

“Aku hanya harus menikah dengannya, Eunhyuk~a.”

“Tapi kenapa, Hye-Na~ya?” sergahnya.

Aku menggeleng. Aku sudah memutuskan dia tidak perlu tahu alasannya. Alasan sintingku.

“Kau mau aku melepaskanmu?” tanyanya lagi.

Perlahan aku mengangguk.

“Baiklah.”

Nada suaranya terdengar biasa-biasa saja, tapi aku tahu betapa hancurnya dia. Aku bangkit berdiri. Memangnya apa lagi yang aku harapkan disini selain tambah menyakiti hatinya?

“Aku pergi,” pamitku lalu melangkah keluar dari kafe, meninggalkannya sendirian.

Apa aku akan mendapatkan karma?

Sesampainya di mobil HP-ku berbunyi nyaring, menandakan ada sms masuk.

Tetaplah bersinar, jagi~ya…. Jaga dirimu baik-baik….

-Eunhyuk-

***

 


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 41 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
KYUHYUN’S POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.013 сек.)