Читайте также: |
|
“KAU APAKAN DIA?!” teriak Ji-Yoo murka.
“Siapa?” tanyaku bingung.
“HYE-NA! KAU TAHU TIDAK, DIA MENCOBA BUNUH DIRI DENGAN CARA MELEMPAR MOBILNYA KE JURANG! KAU ITU BENAR-BENAR KETERLALUAN, CHO KYUHYUN!”
“A… apa?”
“Sekarang dia di rumah sakit. Koma. Untung saja tadi aku melihat mobilnya ngebut di jalanan. Aku sudah mencegahnya, tapi dia bersikeras. Kau tahu aku tidak bisa membawanya menghilang ke tempat lain. Dan apa kau cukup pintar untuk mengetahui motifnya melakukan itu?” Tanya Ji-Yoo tajam.
Aku menggeleng. Syok.
“Karena kau akan mati kalau kau tidak menciumnya. Dan kalau kau mati, menurutnya sudah tak ada gunanya juga dia hidup. Kau tahu, Kyuhyun~a? Kalau dia benar-benar melakukan itu, bukankah jauh lebih baik kalau kau menjadikannya curare? Setidaknya dia masih tetap bisa hidup dank au juga hidup. Tidak akan menutup kemungkinan kalau kalian bisa bertemu lagi walaupun kalian berdua sudah meluapakan segalanya. Bisa jadi kan kalau kalian berdua itu memang ada dalam takdir kehidupan?”
***
Aku menatapnya dengan hati tersiksa. Berbagai macam selang menancap di tubuhnya. Kepala dan tangannya diperban. Bahkan kakinya di-gips.
Gara-gara aku. Dia hampir bunuh diri gara-gara aku. Apa aku masih pantas berada di sisinya?
Dengan egois aku mengusap rambutnya pelan. Egois, karena aku sama sekali tidak berhak menyentuh gadis ini. Memangnya aku siapa sampai dia menganggap hidupnya tidak berguna tanpa aku?
Aku mendekatkan wajahku ke arahnya, berbisik pelan di telinganya.
“Bertahanlah… aku mencintaimu….”
***
HYE-NA’S POV
Aku merasakan sakit menjalar di sekujur tubuhku. Aku tahu aku belum mati. kalau aku sudah mati, aku pasti tidak akan merasakan apa-apa lagi sekarang.
Kemudian aku mendengarnya. Suara itu….
“Bertahanlah… aku mencintaimu….”
Walau begitu jauh, aku tahu itu dia. Aku harus bangun. Tapi mataku tidak bisa dibuka. Semuanya terasa begitu berat. Aku tersadar bahwa tiba-tiba aura nyaman itu hilang saat pintu kamar rawatku dibuka. Dan lagi-lagi aku merasakan kekecewaan itu melandaku.
Aku berusaha membuka mataku. Seketika saja cahaya silau itu menyergap masuk, membuatku harus mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyesuaikan diri.
“Hye-Na~ya, kau sudah bangun?”
Aku menatap Eunhyuk kesal. Sedang apa dia disini? Gara-gara dia, kesempatanku untuk bertemu Kyuhyun hilang. Sial!
“Kyuhyun oppa mana?” tanyaku dengan suara seraak.
“Kyuhyun?” tanyanya bingung.
“Tadi dia ada disini. Aku sadar gara-gara mendengar suaranya!” ujarku keras kepala.
“Tapi aku tidak melihat siapa-siapa tadi.”
Ah, tentu saja… kekuatannya itu.
“Sedang apa kau disini?” tanyaku ketus, mengernyit sakit saat merasakan nyeri di kepalaku.
“Aku sedang mengantar ibuku check-up rutin saat melihatmu digotong masuk dengan tubuh bersimbah darah. Tenang saja, aku sudah menghubungi ayahmu tadi. Dia akan pulang besok. Katanya tidak ada penerbangan ke Indonesia mala mini.”
“Oh, kebetulan sekali!” ujarku sinis. “Kau pergi saja! Aku tidak mau berhutang budi padamu!” usirku.
“Kau tidak bisa bicara baik-baik ya padaku?”
“Tidak.”
Nekat, dia duduk di atas kursi di samping tempat tidurku dan dengan seenak jidatnya menggenggam tanganku.
“Apa-apaan kau?!” hardikku sambil berusaha menarik lepas tanganku dari genggamannya. Tapi aku malah merasakan sakit yang sangat, jadi aku biarkan saja.
“Aku tahu saatnya tidak tepat, dan juga sudah sangat terlambat, tapi dia sudah meninggalkanmu, Hye-Na~ya. Sudah saatnya kau membuka hati untuk orang lain.”
“Membuka apa?” sergahku tak percaya.
“Hatimu, Hye-Na~ya. Aku tidak keberatan walau kau hanya mau memberikan seperseribu dari hatimu padaku.”
Aku menatapnya iba. Aku tahu dia pria baik dan akan sangat keterlaluan kalau aku melukai hatinya.
“Tapi aku sudah tidak punya hati lagi. Dia sudah mencuri semuanya. Setiap detik dalam hidupku.”
***
Satu minggu adalah waktu yang aku butuhkan untuk memulihkan keadaanku. Satu minggu itu pula Eunhyuk selalu ada di sampingku. Aku sudah menolak segala bentuk perhatiannya itu, tapi dia tetap saja memaksa. Walaupun aku tidak mau jadi pacarnya, jadi temannya juga tidak masalah, ujarnya waktu itu.
Mengenyampingkan segala hal itu, ujian akhir sudah begitu dekat. Tinggal dua minggu lagi dan aku sudah ketinggalan begitu banyak pelajaran sekarang. Untung saja Eunhyuk meminjamkan semua catatannya padaku meskipun kami berbeda kelas, membuatku untuk pertama kalinya merasa amat sangat bersyukur dengan kehadirannya.
Terkadang aku sering bertanya-tanya dalam hati. Seberapa hebatnya aku sampai bisa dijatuhi cinta namja ini?
***
Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 39 | Нарушение авторских прав
<== предыдущая страница | | | следующая страница ==> |
KYUHYUN’S POV | | | KYUHYUN’S POV |