Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | EUNHYUK’S POV | EUNHYUK’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV

Eunhyuk memintaku jadi wedding singer dadakan. Sial, sejak kapan aku menyanyi tidak dibayar?

Aku naik ke atas panggung, menoleh kesana-kemari mencari sosok Hye-Na di antara lautan manusia. Dia sedang berdiri di sudut, asyik mengobrol dengan Eun-Ji. Dasar yeoja! Dulu bertengkar, sekarang malah seperti kembar siam. Pasti mereka sedang membicarakan tentang perjodohan itu lagi.

Aku mengambil gitar, duduk di atas kursi yang disediakan lalu mulai memetik senarnya.

 

I can’t believe I’m standing here

Been waiting for so many years

And today I found the queen to reign my heart

(Aku tidak percaya aku bisa berdiir disini

Telah menunggu selama bertahun-tahun

Dan hari ini aku telah menemukan seorang ratu yang akan memerintah di hatiku)

 

You changed my life so patiently

And turned it into something good and real

I feel just like I feel in all my dreams

(Kau mengubah hidupku dengan penuh kesabaran

Dan membuatnya mnejadi sesuatu yang indah dan nyata

Aku merasakan seperti apa yang kurasakan di seluruh mimpi-mimpiku)

 

There are questions hard to answer

Can’t you see?

(Ada banyak pertanyaan yang sulit untuk dijawab

Tidak bisakah kau lihat?)

 

Baby, tell me how can I tell you

That I love you more than life

Show me how can I show you

That I’m blinded by your light

When you touch me I can touch you

To find out the dream is true

I love to be loved by you….

(Sayang, beritahu aku bagaimana caranya aku memberitahumu

Bahwa aku mencintaimu lebih dari hidup

Tunjukkan padaku bagaimana caranya aku bisa menunjukkan padamu

Bahwa aku dibutakan oleh cahayamu

Saat kau menyentuhku aku bisa menyentuhmu

Untuk mengetahui bahwa semua mimpi itu benar

Aku mencinta untuk dicintai olehmu)

 

You’re looking kind of scared right now

You’re waiting for the wedding vows

But I don’t know if my tongue’s able to talk

Your beauty is just blinding me

Like sunbeams on a summer stream

And I gotta close my eyes to protect me

Can you take my hand and lead me from here, please?

(Kau terlihat takut sekarang

Kau menanti janji pernikahan

Tapi aku tidak tahu apakah lidahku bisa bicara

Kecantikanmu saja membutakanku

Seperti sinar matahari pada aliran musim panas

Sehingga aku harus menutupi mataku untuk berlindung

Bisakah kau menarik tanganku dan memimpinku dari sini?)

 

I know they gonna say our love’s not strong enough to last forever

And I know they gonna say that we’ll give up because of heavy weather

But how can they understand that our love is just heaven sent?

We keep on going on and on cause this is where we both belong

(Aku tahu mereka akan berkata bahwa cinta kita tidak cukup kuat untuk bertahan selamanya

Dan aku tahu mereka juga akan berkata bahwa kita akan menyerah karena situasi yang berat

Tapi mana mungkin mereka mengerti bahwa cinta kita adalah kiriman dari surga?

Tapi kita terus dan terus bertahan karena ini adalah tempat milik kita berdua)

 

Marc Terenzi – Love To Be Loved By You

 

Hye-Na tersenyum padaku saat aku menuntaskan melodi terakhir. Aku sama sekali tidak memedulikan tepuk tangan dari para tamu. Yang aku tahu hanyalah dia yang sedang berdiri disana, paling berkilau di antara ratusan gadis lainnya.

Aku memberi kode pada pelayan untuk melaksanakan perintahku. Sebuah kejutan kecil untuk istriku tersayang.

 

***

 

HYE-NA’S POV

“Maaf Nyonya, ini ada kiriman dari suami Anda.”

Seorang pelayan berdiri di hadapanku, mengulurkan sebuah amplop berwarna putih. Aku mengambilnya, tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih.

Aku berjinjit mencari Kyuhyun. Tapi dia tidak kelihatan dimanapun.

“Ayo buka!” seru Eun-Ji semangat.

Aku merobek amplop itu, mengeluarkan isinya. Dua lembar tiket ke Paris?

“Bulan madu kedua. Yang pertama kan tidak sukses,” ujar Kyuhyun yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangku.

Eun-Ji nyengir bersalah ke arah kami, mengacungkan jari telunjuk dan jari tenganhya membentuk tanda damai.

“Dalam rangka apa?” tanyaku dengan nada memprotes. Dia kan tahu aku tidak suka kemewahan. Membuang-buang uang seperti ini.

“Ulang tahunmu. Ulang tahun pernikahan kita. Masa kau lupa?”

“Romantis sekali!” cetus Eun-Ji dengan nada mengejek kemudian berlalu pergi untuk mencari suaminya.

Wajahku sudah memerah sekarang. Bodoh sekali aku! Masa aku bisa melupakan hal-hal sepenting itu?

“Mianhae,” gumamku.

“Hmm, tidak usah dipikirkan. Jino mana?”

“Eomma,” ucapku tak jelas.

Dia menatapku lalu tersenyum, menepuk tanganku untuk menenangkan.

“Kan sudha kubilang, tidak apa-apa. Oke?”

Aku mengangguk, berusaha menyingkirkan perasaan bersalahku. Dia sudah memberi terlalu banyak sedangkan aku? Apa yang sudah kulakukan untuknya?

 

***

 

HYE-NA’S POV

Taraaa… Paris again! Dan tetap saja tempat ini masih semempesona biasanya! Menakjubkan!

Agak egois mungkin karena hanya untuk kesenangan semata, kami harus menitipkan Jino pada eomma. Tapi aku bisa tenang karena da sepasang pengantin baru yang dnegan senang hati mau mengurus anakku. Dua pasang sebenarnya karena Eun-Ji juga mendesak kami berdua untuk memperbolehkannya merawat Jino selama satu hari. Ngomong-ngomong, ternyata dia adalah yeoja yang menyenangkan. Heran kenapa dia dulu bisa semenyebalkan itu.

Hari pertama disini kami berkeliling kota, melihat Sungai Seine, museum Madam Thussaud (sayang sekali belum ada patung lilin Robert Pattinson disana! Padahal aku kan ingin berfoto dengannya! Sekedar patung lilin juga tidak apa-apa. Mungkin aku akan memohon pada Kyuhyun untuk liburan ke Forks, tempat syuting Twilight. Untuk menghibur diri aku berfoto dengan patung lilin Daniel Radcliffe), ke stadion bola, dan banyak lagi! Aku tidak bisa mengeja nama tempatnya.

Hari kedua?

“Aku tidak mau!” teriakku, memprotes waktu Kyuhyun membawaku ke restoran super mewah tempat aku diusir dulu itu.

“Tenanglah, tidak apa-apa.” Kyuhyun berusaha menenangkanku.

“Kau tidak lihat? Aku pakai sandal, Kyuhyun~a!”

“Peraturannya sudah berubah,” ujarnya singkat lalu menarik tanganku masuk. Penjaga pintu waktu itu mengangguk sopan ke arahku. Sama sekali tidak menampakkan wajah mencelanya dulu padaku.

“Bagaimana bisa?” tuntutku, terbelalak saat melihat bahwa restoran itu kosong melompong tanpa pengunjung.

“Aku sudah membelinya,” ujar Kyuhyun dengan nada terdengar biasa-biasa saja, tidak peduli sama sekali.

“Gila!” teriakku syok.

“Investasi jangka panjang. Aku tidak akan menyia-nyiakan uangku untuk hal-hal tak berguna, Hye-Na~ya.”

Aku hendak membuka mulut untuk protes tapi dia sudah memotong ucapanku duluan.

“Dan aku sudah menyumbang ke panti asuhan.”

Huh, dia benar-benar sudah memikirkan segalanya.

 

***

Jujur saja, makanannya enak sekali! Pantas saja restoran ini begitu mewah.

Aku menyilangkan sendokku di atas piring setelah selesai makan, meneguk air putih untuk melancarkan pencernaan.

“Hei, aku sudah mendapatkan lirik untuk laguku waktu itu. Kau mau dengar tidak?”

Aku mengangguk antusias. Dia beranjak pergi dari hadapanku, duduk di depan sebuah grand piano dan sedetik kemudian sudah memainkan nada-nada indah dari tuts-tutsnya.

 

Aku ingin menjadi mentari, tapi kau terlalu bercahaya sehingga sinarku menjadi mati….

Aku ingin menjadi bintang, tapi aku takut ditolak malam, karena sudah ada kau… benderang yang sanggup menandingi bulan…

Aku ingin menjadi pangeranmu, tapi kau tidak berniat memilikiku…

Maka aku bertanya pada angin, apakah kita ada di takdir kehidupan?

Karena jika tidak di dunia aku akan mengejarmu sampaai ke alam baka…

Apabila tidak berhasil juga, aku akan menyusulmu ke surga…

Atau meminta kita dipersatukan di panasnya api neraka….

***

 

Setelah permohonan disertai paksaan sedemikian rupa, akhirnya dia mau mengalah dan mengikutiku ke Eiffel!

“Masa kau tidak bosan juga?” protesnya padaku.

“Yah, kemarin kan aku kurang menikmati,” ujarku mengajukan pembelaan.

Kami duduk di kursi taman yang langsung menghadap ke Eiffel. Dia menyusulku setelah membeli du gelas kopi Starbucks untuk kami berdua.

“Lalu apa yang akan kita lakukan? Melihat cahaya lampu Eiffel? Benar-benar kencan yang romantic!” ejeknya.

“Bagaimana kalau kau bercerita?” usulku.

“Cerita apa? Putrid Salju? Atau Cinderella?

“Ceritakan apa yang kau rasakan dari awal kita bertemu. Aku penasaran sekali…” cetusku, tidak mempedulikan ejekannya.

Dia mengerutkan kening sesaat.

“Kau tanya, aku jawab,” putusnya.

“Apa pendapatmu waktu kita pertama kali bertemu?”

“Jujur, aku berpikir bahwa kau adalah wanita paling menarik yang pernah kulihat. Dan yang mengherankan adalah entah mengapa aku merasa bahwa aku sangat merindukanmu. Aku pergi waktu itu karena tidak mau lepas kendali dan memelukmu.”

Wow….

“Lalu… waktu di apartemenmu, kenapa kau menciumku?”

“Aku… agak kaget waktu melihatmu. Di saat-saat seperti itu, laki-laki akan sedikit… hilang kendali… dan… eh… kau mengerti kan kalau aku bilang laki-laki itu lebih mengandalkan nafsu?”

Aku mengangguk, sama sekali tidak habis pikir bagaimana mungkin wanita sepertiku bisa membuatnya bernafsu.

“Kenapa kau setuju menikah dneganku?”

“Sudah kubilang, aku merasa memiliki ikatan yang sangat kuat denganmu…. Seolah-olah aku sudah mengenalmu bertahun-tahun, mencintaimu setiap hari. Aku malah sempat berpikir bahwa aku mengalami amnesia.”

“Kalau ketertarikanmu padaku sebesar itu, kenapa waktu itu kau berusaha membatalkan pernikahan kita?”

“Pertaruha besar sebenarnya. Di satu sisi aku tidak ingin kau dan Eunhyuk berpisah gara-gara aku. Tapi di sisi lain aku begitu egois, begitu menginginkan kehhadiranmu. Aku hanya ingin bersikap gentleman saja, berharap kau menolak membatalkan pernikahan kita. Dan untung saja iya.”

“Bagaimana kalau tidak?”

Dia menatapku dan mengangkat bahunya.

“Mungkin aku akan berusaha mengubah pikiranmu. Mengiba-iba kalau perlu.”

 

***

 

Aku mneutup telingaku dari segala hiruk-pikuk beribu-ribu orang di gedung ini. Gila, ternyata Kyuhyun seterkenal ini!

Aku menoleh ke sekeliling, yeoja-yeoja yang berteriak memanggil nama Kyuhyun, T-Shirt bertuliskan “Kyuhyun, Saranghae!”, serta spanduk dan balon.

Hari ini aku memutuskan untuk menonton konser Kyuhyun, tanpa sepengetahuannya. Hanya ingin tahu seberapa dahsyatnya pengaruh suamiku itu di industri musik Korea. Ini bahkan lebih parah daripada apa yang pernah kubayangkan.

Kyuhyun muncul di panggung dalam balutan jas semi formal dan kaus putih, diiringi dnegan teriakan dari para penggemarnya. Dia seribu kali lebih tampan dari biasanya. Dan… aku mneyukai fakta bahwa dia adalah milikku.

Nekat, aku ikut berteriak dengan para penggemarnya, sampai tenggorokanku terasa sakit. Suaranya benar-benar bagus. Dan penampilannya benar-benar memukau.

Satu jam kemudian konser berakhir. Aku memutuskan keluar belakangan daripada tergencet-gencet orang lain.

“Hai!”

Aku berbalik cepat dan mendapati Kyuhyun sudah berdiri di hadapanku. Aku melongo kaget, setengah sadar saat Kyuhyun menarikku keluar dari kerumunan.

“Bagaimana kau tahu?” tuntutku setelah berhasil mengendalikan diri. Aku memakai topi dan kacamata hitam, sehingga mustahil dia bisa mengenaliku. Masa dia bisa menyadari kehadiranku di antara beribu orang itu?

Dia mengedikkan bahu.

“Molla. Aku hanya merasa aku mendengar suaramu. Lalu tiba-tiba saja kau sudah ada dalam jarak pandangku.”

Dia… Cho Kyuhyun…. Tidak bisakah dia berhenti membuatku sesak nafas?

 

***

 

Aku naik ke atas tempat tidur setelah menidurkan Jino. Kyuhyun tersenyum padaku lalu mengulurkan sebuah amplop.

“Apa lagi ini?” protesku, mengambil amplop tersebut kemudian membukanya.

Teriakanku menggema sedetik kemudian. Aku memeluk Kyuhyun lalu mengecup bibirnya sekilas.

Tiket ke Amerika plus voucher menginap di Forks selama satu minggu! FORKS!!!

“Aku baru tahu bahwa kau benar-benar tampan sekali!”

“Kau tidak mau protes?” ejeknya.

“Tidak akan. Oh, akhirnya aku akan bertemu Edward Cullen, pria dengan ketampanan paling spektakuler di muka bumi!”

“Hye-Na~ya, beberapa detik yang lalu kau bilang aku tampan, lalu sekarang kau malah memuji ketampanan pria lain,” ujarnya dnegan nada memprotes.

Aku nyengir ke arahnya.

“Itu lain cerita, Kyuhyun~a! Kau suamiku, sedangkan dia hanya idolaku. Apa yang kau cemburui?”

“Itu artinya ada namja lain di otakmu.”

Aku sama sekali tidak pernah memberitahunya bahwa aku ingin sekali ke Amerika, tapi dia tahu… dia selalu tahu….

“Saranghae…” bisikku.

Dia tampak berpikir sesaat kemudian tersenyum.

“Sepertinya bisa dimaafkan,” kata Kyuhyun seraya meraihku ke dalam pelukannya.

 

***

 


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 57 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
KYUHYUN’S POV| Где-то в Туманности Полумесяца 1 страница

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.029 сек.)