Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

EUNHYUK’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | EUNHYUK’S POV | EUNHYUK’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. EUNHYUK’S POV
  2. EUNHYUK’S POV
  3. EUNHYUK’S POV

Aku mengangkat HP-ku yang terus-menerus berdering dari tadi. Tersenyum saat tahu bahwa Ji-Yoolah yang menelepon. Sepertinya sebentar lagi aku bisa menyukainya.

“Yeoboseyo, Eunhyuk~a!” serunya penuh semangat setelah aku memencet tombol terima di HP-ku.

“Annyeong. Apa kabar?”

“Oh, tidak terlalu baik sebenarnya. Para wartawan ini benar-benar menyebalkan, mengikuti kami terus-terusan. Belum lagi si parasit yang satu itu, menempel terus-menerus seperti lintah.”

“Parasit?”

“Ne, yeoja sialan bernama Shin Eun-Ji itu! Kyuhyun bahkan sudah pindah hotel beberpa kali untuk menjauhinya, tapi sepertinya dia tidak mudah menyerah. Aku jadi mengkhawatirkan Hye-Na.”

“Oh, aku baru saja berbicara dengannya. Memanas-manasinya tepatnya. Sekarang aku rasa dia sedang bersemedi untuk mengutuk Kyuhyun,” ujarku sambil tertawa.

“Kau ini mencari masalah saja!” semprotnya. “Kyuhyun stress sekali akhir-akhir ini. Imej-nya sedang tidak baik di mata publik. Tapi kau tahulah, dia sama sekali tidak peduli. Aku sudah menyuruhnya menelepon Hye-Na untuk menjelaskan, tapi dia tidak mau melakukannya. Kau tahu apa yang dilakukannya setiap hari? Menatap foto pernikahan mereka. Aku pikir dia sudah nyaris gila sekarang.”

“Aku juga heran. Si Kyuhyun itu seperti bisa bernafas saja tanpa Hye-Na. Hye-Na juga sama saja, gengsinya terlalu tinggi untuk menelepon duluan.”

“Dia kan yeoja!” bela Ji-Yoo.

“Hei, kapan kau pulang?” tanyaku.

“Kenapa? Kau tidak mungkin merindukanku, kan?” godanya.

“Sedikit banyak iya,” akuku.

Dia terdiam selama beberapa saat.

“Hei, kau masih disana, kan?” tanyaku cemas.

“Ah… ne… ne,” sahutnya kacau. “Kau nyaris membuatku terkena serangan jantung. Sudah dulu, ya! Sepertinya aku sesak nafas. Sial!”

Aku tertawa lagi saat mendengar nada putus dari seberang. Dia benar-benar lucu, blak-blakan. Sekaligus mengangumkan.

***

HYE-NA’S POV

Sudah satu minggu sekarang. Aku berusaha tenang, tapi tetap saja tidak bisa. Aku sudah melakukan berbagai macam cara bahkan aku sudah memutuskan untuk menginap di rumah appaku, tapi tidak berhasil juga. Ya sudahlah, kalau dia pulang nanti aku tidak akan mengacuhkannya.

Aku membereskan barang-barangku yang bertebaran di atas meja perpustakaan dalam rangka membantuku mengalihkan pikiran. Aku memutuskan untuk pulang saja sekarang. Toh tidak ada lagi yang bisa dilakukan disini.

Aku berbaur dalam kerumunan para mahasiswa yang juga berjalan menuju gerbang. Melangkah menjauhi keramaian di hadapanku. Lebih baik aku cari jalan lain saja. Lagian kenapa sih mereka itu? Apa yang mereka kerumuni?

“Hye-Na~ya!”

Aku mendengarnya! Kagum bagaimana perasaan nyaman itu langsung meliputiku dengan seketika. Suara familier yang sudah kuimpikan selama berhari-hari.

Aku berbalik. Merasakan kebutuhan untuk menatapnya, menghirup udara kehidupan lagi. Kerumunan itu menyebar, sehingga sekarang aku bisa melihatnya. Tentu saja wajah itu masih terlihat begitu tampan. Begitu mempesona. Lalu aku merasakan luapan kemarahan itu menguap begitu saja. Dengan begitu mudahnya, seakan-akan memang tidak pernah ada sebelumnya, digantikan dnegan rasa rindu yang meluap-luap, membuat nafasku tercekat.

Sekarang aku malah berusaha menahan diri untuk tidak menghambur ke dalam pelukannya. Aku melangkah perlahan ke arahnya, mengamati ekspresi yang tergambar di wajahnya. Aku tidak bisa membaca apa-apa, dia selalu bisa menyembunyikan perasaannya dariku.

Dia menyambut tanganku yang terulur ke arahnya dengan sebuah rangkulan erat yang sarat depresi, membuat tubuhku sedikit terangkat.

Kerumunan mahasiswa tadi terkesiap melihatnya. Gosip baru lagi bagi mereka. Cho Kyuhyun yang terkenal dingin ternyata sangat frontal dalam mengekspresikan emosinya.

Tapi aku sama sekali tidak memedulikan apa pendapat mereka. Masa bodoh jika mereka menganggapku tolol karena sudah jelas-jelas Kyuhyun selingkuh di belakangku. Yang aku tahu hanyalah tangannya yang masih memeluk pinggangku dan wajahnya yang terbenam di pundakku.

“Hai,” bisiknya. “Aku merindukanmu.”

Dan aku hanya butuh itu.

***


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 49 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
EUNHYUK’S POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.005 сек.)