Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | EUNHYUK’S POV | EUNHYUK’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV
  7. KYUHYUN’S POV

Aku merasa tidak nyaman dengan kehadiran yeoja ini. Benar-benar menyebalkan! Ditambah lagi dia menarikku masuk ke dalam restoran mewah tanpa menanyakan pendapatku dulu.

Aku menoleh ke belakang mencari Hye-Na, tapi gadis itu tidak ada. Seketika kecemasan langsung melandaku. Kemana dia?

“Oppa, kau mau kemana?” teriak gadis sialan itu saat aku berlari meninggalkannya. Aku sama sekali tidak menghiraukan panggilannya sedikitpun, yang ada di otakku hanyalah bagaimana aku bisa menemukan Hye-Na secepatnya. Ada dimana dia?

“Do you see a girl who wear T-Shirt and jeans? She walks behind me, do you see her?” tanyaku kacau kepada pria Perancis penjaga pintu.

“Yes, Sir, I forbid her to come in because of her clothes.”

“Where did she go?”

“To that way, Sir.”

Pria itu menunjuk ke arah jalan raya tempat orang-orang berlalu-lalang. Aku bergegas mencarinya seraya bertanya kepada beberapa orang. Aku hampir putus asa saat tiba-tiba aku melihat seorang gadis mirip Hye-Na. Aku berlari menghampirinya tapi langsung kecewa lagi saat menyadari aku menemukan orang yang salah.

HP-ku berdering nyaring. Aku melirik nama si penelepon lalu mengangkatnya dengan hati dongkol.

“Waeyo, eomma?” tanyaku ketus.

“Kenapa kau? Kau bertengkar dengan Hye-Na?”

“Lebih parah dari itu. Dia hilang. Sudah dulu ya, aku mau mencarinya sekarang,” ujarku sambil menutup flap HP lalu melanjutkan pencarianku.

Cho Hye-Na, kemana kau?

***

HYE-NA’S POV

Hari sudah hampir malam dan aku mulai kelaparan. Aku duduk di atas sebuah kursi taman yang terletak di dekat menara Eiffel. Aku sudah nyaris ketakutan sekarang. Bagaimana kalau Kyuhyun tidak mau mencariku dan memutuskan untuk bersenang-senang dengan gadis itu? Lalu aku bagaimana? Ini sudah jauh sekali dari hotel dan aku tidak punya cukup uang untuk naik taksi. Walau ada pun aku tetap tidak bisa pulang ke hotel karena aku bahkan tidak tahu nama hotel tempat kami menginap. Bodoh sekali aku ini!

Kesialan yang lebih parah adalah HP-ku sedang di-charge di hotel dan walaupun aku berusaha menghubunginya juga tidak bisa. Aku tidak hapal nomor HP-ku sendiri!

Aku mulai meratapi ketololanku yang terlalu cepat emosi sehingga pergi meninggalkan restoran itu. Mau kembali juga percuma, aku tidak ingat jalannya.

Aku mengamati orang-orang yang lewat di depanku. Berharap seandainya aku adalah mereka. Dan tanpa sadar aku sudah menangis sesenggukan. Aku ini benar-benar menyedihkan.

Malam benar-benar datang dan semuanya menjadi gelap. Cahaya paling terang hanya berasal dari menara Eiffel. Keadaan ini terasa sangat mencekam untukku, tidak peduli sebanyak apapun orang yang berlalu-lalang.

Seakan kesialan ini masih belum cukup, tiba-tiba petir datang menyambar-nyambar lalu tetesan air hujan mulai jatuh membasahi tanah. Aku sama sekali tidak bergerak dari tempatku. Tidak masalah jika aku mati disambar petir, toh tidak akan ada yang memedulikanku. Biar Kyuhyun dibunuh oleh appaku kalau beliau tahu!

“Hye-Na?”

Aku mendengar suara familier itu, berpikir aku hanya berhalusinasi sehingga aku tidak berniat mengangkat wajahku yang terbenam di antara lututku yang tertekuk.

“Hye-Na~ya?”

Kali ini ada seseorang yang mengguncang-guncang tubuhku, membuatku terpaksa mendongak menatapnya.

Aish, kalau ini mimpi, ini sempurna sekali. Dia tidak mungkin terlihat setampan ini.

“Hye-Na~ya!” desaknya, mulai kesal denganku yang malah melongo menatapnya.

“Apa?” tanyaku tolol.

“Kau mau mati kedinginan disini?”

Cepat-cepat aku menggeleng.

“Ya sudah, cepat berdiri! Kita pulang.”

Aku mencoba bangkit lalu langsung terduduk lagi saat mendapati kakiku kram karena duduk dalam posisi yang sama selama beberapa jam.

“Huh, kau ini! Ayo naik!” ujarnya, tiba-tiba saja sudah jongkok di depanku. Setengah malu aku melingkarkan tanganku di lehernya, kemudian dia memegangi kakiku agar tidak terjatuh.

Aku membenamkan wajahku di pundaknya, menghirup nafas disana. Perasaan lega mulai menyelimutiku seiring dengan wangi tubuhnya yang memenuhi rongga hidungku.

Saat dia menyetop taksi aku mulai tersadar, perasaan marah tadi bahkan sudha menghilang entah kemana.

***

Aku menyandarkan kepalaku ke jok kursi dengan nyaman. Aku melihat Kyuhyun yang melepas jaketnya lalu memakaikannya ke tubuhku yang basah kuyup. Bahkan dengan rambut basah seperti itu dia masih terlihat seperti model iklan shampoo.

“Kenapa kau kabur seperti tadi? Aku panik tahu! Aku keliling kota mencarimu seharian!” omelnya.

“Gadis itu siapa?” tanyaku tak mengacuhkan ucapannya.

“Dia Eun-Ji.”

“Mantan pacarmu?”

“Dia menyukaiku. Aku sudah menolaknya berkali-kali. Awalnya sih aku masih sopan, tapi lama kelamaan dia mulai menjengkelkan. Aku sudah menghardiknya berkali-kali tapi dia tetap saja mengejarku.”

Jadi… gadis tadi sainganku? Aigoo, Hye-Na, saingan? Memangnya apa yang kau pikirkan?

“Dia kan cantik,” komentarku.

“Sifatnya tidak.”

“Kau kenal dia dimana?”

“Dia teman SMA-ku dulu lalu dia melanjutkan sekolah fashion kesini.”

Oh, sempurna sekali! Gadis itu benar-benar tanpa cacat, walau sikapnya amat sangat menjengkelkan!

“Dengar,” ujar Kyuhyun sambil memegangi wajahku dengan kedua tangannya. “Tidak peduli apapun yang terjadi, kau jangan pernah lagi meninggalkan aku seperti tadi. Kalaupun aku yang meninggalkanmu, kau harus tetap menungguku di tempat asal agar aku bisa menjemputmu. Aku tidak sanggup lagi menanggung kecemasan seperti tadi. Rasanya tidak enak, Hye-Na~ya.”

***

Keesokan harinya kami memutuskan untuk pulang ke Korea. Bukan kemauan kami sebenarnya, tapi eomma. Dia sepertinya khawatir sekali dengan keselamatanku dan kelihatannya dia tidak ingin lagi aku menghilang dari pengawasannya. Kami menuruti kemauannya hanya karena sudah lelah mendengar ceramahnya di telepon semalam. Dia sendiri yang menjemput kami di bandara bersama Ji-Yoo.

“Hye-Na~ya!” serunya sambil memelukku, lalu mengamati keadaanku. Setelah dia memastikan bahwa aku baik-baik saja, dia mulai mengomeli Kyuhyun.

“Kau ini! Lain kali jaga istrimu baik-baik! Arasseo?”

Kyuhyun hanya mengangguk pasrah lalu menoleh ke arah Ji-Yoo dan segera sibuk membicarakan pekerjaannya.

“Eh, Hye-Na~ya, bulan madumu berhasil tidak? Bagaimana? Kapan kau akan memberi eomma cucu?”

Aku memasang tampang minta tolong ke arah Kyuhyun, tapi lagi-lagi dia hanya nyengir menatap kesialanku. Menyebalkan!

***

“Kau mau kemana?” tanya Kyuhyun heran saat keesokan paginya aku sudah menjinjing tas dan laptop ke ruang makan.

“Kampus. Mau mencari bahan skripsi!” ujarku ketus seraya menyendok nasi goreng ke piringku.

“Salahmu sendiri, masa kau tidak menyimpannya ke flash-disk.”

“Aish, kau ini benar-benar!”

“Aduh, kalian ini, tidak baik kalau pagi-pagi sudah bertengkar. Kalian kan pengantin baru!” tegur eomma yang baru saja muncul setelah mengantarkan appa ke pintu depan.

“Kau mau kemana, Hye-Na~ya?”

“Ke kampus, eomma,” jawabku.

“Heh, Kyuhyun~a, antarkan dia!”

“Tidak usah, eomma, aku kan bisa bawa mobil,” tolakku, memikirkan keributan yang akan terjadi kalau Kyuhyun sampai muncul di kampusku.

“Sekalian saja. Aku juga mau ke studio, jadi kita searah,” kata Kyuhyun, membuatku menghembuskan nafas kesal.

***

“Berhenti disini saja. Kau tidak usah turun,” kataku seraya membuka pintu mobil lalu melangkah turun.

Dia menurunkan kaca mobil, nyengir ke arahku.

“Kau takut mereka mengerubungiku, ya? Pencemburu sekali,” ejeknya.

“Brengsek kau!”

***

Aduh, bagaimana ini? Kenapa komputernya rusak tiba-tiba?

Aku nyaris panik menyadari seluruh dataku hilang tiba-tiba. Aku sedang malas memakai laptop, makanya aku memutuskan memakai komputer Kyuhyun di kamar. Tadi aku tidak sengaja menekan sesuatu dan tiba-tiba saja semua file hilang. Masa aku harus mengulang semuanya lagi dari awal? Andwae!!!

“KYUHYUN~A!!!!” teriakku panik. “KYUHYUN~A!!!!”

“Apa? Kau ini berisik sekali!” omelnya, lalu mendekat ke arahku.

“Lihat, dataku hilang semua!” keluhku.

Dia meraih mouse lalu sibuk meng-klik sana-sini. Pikiran baru mulai memenuhi otakku. Masa bodoh dengan data itu, keselamatan jantungku lebih penting daripada apapun sekarang!

Aku masih duduk di atas kursi, sedangkan dia entah sengaja atau tidak meletakkan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri tubuhku. Wajahnya dekat sekali sehingga aku bisa mendengar tarikan nafasnya. Wangi tubuhnya hanya semakin memperparah keadaan.

Aku menoleh ke arahnya. Mencari masalah saja sebenarnya karena di saat yang bersamaan dia juga mendongak menatapku.

“Kau klik saja disini lalu….”

Aku tidak lagi menangkap ucapannya. Yang aku tahu hanyalah desah nafas kami yang semakin memburu dan entah siapa yang memulai duluan tiba-tiba saja bibirnya sudah melumat bibirku.

Aku benar-benar parah dalam hal ini. Aku mendekatkan tubuhku, mengalungkan lenganku ke lehernya. Mungkin karena terlalu banyak yang aku tahan-tahan selama ini, aku malah jadi kehilangan kendali sekarang.

“Hati-hati, sayang,” gumamnya saat aku menciumnya dengan ganas. Tapi berkebalikan dnegan ucapannya, tangannya malah meraihku semakin dekat.

Hahahaha… kalau aku tidak salah perkiraan, aku adalah yeoja pertama yang diciumnya. Mengherankan sekali, karena dia adalah pencium yang hebat.

Ciuman kami awalnya lambat, intens, tapi masih dalam taraf kewajaran, namun mendadak malah semakin ganas dan parah, lalu….

“Ehm, maaf, eomma mengganggu, hanya mau memberitahu kalau makan malam sudah siap. Tapi sepertinya kalian sedang sibuk, jadi teruskan saja. Eomma kan juga mau cepat-cepat punya cucu. Nanti kalau lapar kalian turun saja.”

Seketika aku tersadar bahwa cara tubuhku menempel ke tubuh Kyuhyun sama sekali tidak pantas untuk dilihat. Cepat-cepat aku menjauh darinya dengan wajah memerah menahan malu.

Eomma mengedip sambil tersenyum lebar ke arah kami lalu kembali menutup pintu, meninggalkan kecanggungan di antara kami berdua.

“Ehm, aku pikir aku… lapar…. Kau… mau ikut?” tanyanya gugup.

“Nanti saja,” ujarku serak.

Dia keluar dari kamar, membuatku bebas mengekspresikan ketololanku. Kepalaku masih pusing akibat ciuman tadi, tapi rasa maluku lebih mendominasi. Kalau eomma tadi tidak datang, lalu apa yang terjadi?

***


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 47 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
KYUHYUN’S POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.013 сек.)