Читайте также: |
|
Aku masih saja tertawa geli di sepanjang perjalanan pulang. Gadis itu lucu sekali. Sekaligus cantik.
Aku mendandaninya bukan karena dia jelek atau apa, tapi karena aku ingin dia terlihat lebih percaya diri, agar dia sadar bahwa dia tidak sejelek apa yang diperkirakannya selama ini. Tapi ternyata dia jauh lebih cantik dari perkiraanku.
Aku membelokkan mobilku ke lapangan parkir apartemen. Tersenyumpada satpam jaga lalu cepat-cepat naik ke atas. Aku sudah capek sekali.
“Kau sudah pulang?” tanya adikku tanpa mengalihkan tatapannya dari TV.
“Mengherankan sekali kenapa seseorang selalu menanyakan hal itu kepadamu padahal sudah jelas-jelas kau ada di rumah,” ejekku.
“Basa-basi, tolol!” sungutnya.
Aku nyengir lalu membuka kulkas untuk mengambil minuman.
“Pemarah sekali! Kau masih stress, ya?”
“Dan kau kelihatan ceria sekali malam ini. Kau darimana, sih?”
“Konferensi pers.”
“Oh,” ucapnya paham. “Kelihatannya calon istrimu ini istimewa sekali sampai kau jadi seperti itu!”
“Mungkin. Yang jelas dia cantik sekali.”
“Tapi masa sih kau menyukainya? Cepat sekali. Setahuku kalian berdua kan dijodohkan.”
Aku hanya mengangkat bahu mendengar pertanyaannya.
“Lagipula kenapa sih kau menyetujui perjodohan ini? Masalah perusahaan kan sudah diputuskan bahwa yang akan mengurusnya.”
“Sepertinya eomma dan appa tidak mau begitu saja membiarkanku enak-enakkan.”
“Oh, ya? Dan ternyata calon istrimu kebetulan juga tidak mengecewakan, begitu? Beruntung sekali!” ejeknya.
“Kau mau kuberi saran tidak? Lebih baik kau lupakan gadis itu lalu mulailah mencari calon istri untuk dirimu sendiri. Aku tidak mau kau merecokiku terus!”
“Sialan kau!” ujarnya sambil melemparkan bantal sofa ke arahku.
***
HYE-NA’S POV
Ibu mertuaku menelepon tadi pagi, memintaku datang ke rumahnya siang ini, yang dengan senang hati langsung aku turuti. Maka disinilah aku sekarang, di rumah yang begitu besar dan mewah ini, sehingga aku sempat berpikir bahwa negeri dongeng itu memang ada dan Kyuhyun itu adalah pangeran berkuda putihnya.
Eommaku – boleh kan aku memanggilnya seperti itu?- sekarang sedang menghidangkan secangkir teh untuk kami berdua. Dia mengajakku ngobrol di gazebo yang terletak di taman belakang rumahnya. Pemandangan disini indah sekali. Dari kejauhan tampak danau yang mengalir tenang, dikelilingi pohon-pohon yang daunnya mulai berguguran. Taman yang besarnya nyaris menyamai lapangan golf ini dibuat berbukit-bukit, membuatku merasa bahwa mereka tidak perlu bersusah-payah pergi liburan.
“Bagus sekali bukan?” tanyanya yang langsung kubalas dengan anggukan.
“Sebenarnya eomma tidak pernah berencana untuk menuntut perjodohaan ini kepada ayahmu, tapi eomma sudah lelah, Hye-Na~ya. Maaf, karena eomma sudah merenggut masa depanmu dengan cara seperti ini. Keadaan Kyuhyun sudah cukup mengkhawatirkan eomma. Umurnya sudah 22 tahun tapi belum sekalipun eomma mendengar dia dia menjalin hubungan dengan wanita manapun. Dia seperti merasa sudah cukup dengan hidupnya. Tapi dia tidak pernah terlihat hidup, Hye-Na~ya. Dia jarang tersenyum, tertawa pun tidak pernah.”
“Lalu eomma memberitahukan perjodohan ini padanya. Tahu bahwa dia akan memberontak. Tapi saat dia melihat fotomu, entah kenapa dia jadi begitu bersemangat dan saat itulah eomma merasa ini akan berhasil. Dia hidup. Tak pernah terlihat semanusiawi sekarang. Dia menatapmu, Hye-Na~ya, dan cara dia menatapmu itu seolah-olah dia baru melihat surga untuk pertama kalinya. Mungkin kau tidak sadar, tapi eomma selalu memperhatikan. Dia memang selalu membentak-bentakmu, tapi itu adalah pertanda bahwa dia memperhatikanmu. Bahwa dia peduli. Dan itu sudah cukup bagiku.”
Aku terpana menatapnya. Masa sih Kyuhyun seperti itu? Perasaan dia selalu menatapku dengan ekspresinya yang ketus dan dingin itu.
“Nah, itu dia!”
Aku menoleh lalu melihatnya berjalan ke arah kami. Hari ini dia memakai baju kaus putih sederhana yang entah kenapa bisa membuatnya terlihat semakin tampan.
“Memangnya kau tidak ada konser atau apa? Masa kau di rumah setiap hari?” tanyaku heran.
“Sekarang memang tidak ada, tapi minggu depan jadwalku penuh. Jadi lebih baik kau memanfaatkan waktuku sebaik-baiknya sekarang.”
“Aku?”
“Memangnya kau tidak mau mengajakku kencan?” tanyanya sambil mencomot kue dari atas piring lalu memasukkannya ke dalam mulut, sedangkan aku terperangah kaget mendengar ucapannya.
Ibunya malah tertawa geli lalu memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.
“Bagaimana kalau kita nonton? Atau mungkin kau mau pergi ke suatu tempat?” tanyanya lagi dengan nada yang terkesan tidak peduli.
Aigoo… aigoo!!! Aku bisa gila!
“Ya sudah, nonton saja kalau begitu,” putusnya lalu menarik tanganku pergi.
Oh, kupikir aku tidak akan rela cuci tangan hari ini.
***
Dia memakai kacamata hitam dan topi putih untuk menyamarkan wajahnya, tapi kupikir itu akan sia-sia saja. Dia terlalu mencolok, terlalu tampan untuk dilewatkan. Dan benar saja, sekelompok gadis yang sedang menunggu film diputar pun langsung menunjuk-nunjuknya dengan penuh semangat. Seseorang dari mereka mendekat ke arah kami lalu member tanda agar teman-temannya juga mendekat.
“Kyuhyun oppa, kami boleh minta foto bersama, ya?”
Kyuhyun mengangguk lalu dengan pasrah digilir kesana kemari untuk difoto. Kemudian setelah itu jadi begitu banyak gadis yang mengerubunginya. Aku memutuskan untuk menyingkir, tapi entah bagaimana dia tahu, karena tiba-tiba saja dia sudah menarik tanganku mendekat ke arahnya.
“Maaf, aku harus pergi dulu. hari ini jadwal kencanku. Tidak apa-apa, kan?” tanyanya sambil menyunggingkan senyumnya yang sudah pasti langsung membuat wanita manapaun rela melakukan apa saja untuknya.
Para gadis itu mengangguk dan sesaat kemudian Kyuhyun sudah menggandengku masuk ke bioskop yang sudah dibuka. Kami mendapat tempat tepat di tengah-tengah ruangan, strategis sekali untuk menonton. Tapi belum sampai 30 menit film diputar, aku sudah tidak tahan lagi untuk memprotes tindakannya.
“Kau ini kenapa?” desisku, merasa risih karena dari tadi dia bukannya menonton film tapi malah menonton aku!
“Hanya menatapmu, memangnya tidak boleh?” ujarnya enteng.
Ya Tuhan, lama-lama aku bisa jatuh cinta padanya!
***
Sepulang dari bioskop dia membawaku ke sebuah restoran mewah yang aku yakin harga makanannya seporsi kecil pasti ratusan ribu.
“Ini terlalu berlebihan, Kyuhyun~a,” bisikku.
“Ini diluar perkiraanmu,” katanya sambil menarikkan kursi untukku lalu memanggil pelayang yang datang membawakan buku menu.
Takut-takut aku melirik sedikit buku menu itu dan harga yang tertara disana jelas membuatku kaget. Dan Kyuhyun malah menertawakanku.
Aku menutupi wajahku dengan buku menu itu lalu berbisik pada Kyuhyun.
“Ini murah sekali! Bagaimana kalau aku saja yang traktir?” tawarku.
“Mala mini milikku, Hye-Na~ya.”
“Tapi kan kau sudah mentraktirku nonton.”
“Tolong jangan membuat egoku terluka, Hye-Na~ya. Aku laki-laki.”
“Oke, oke! Kau ini dikasih enak malah tidak mau!” sungutku.
Aku menyebutkan pesananku lalu pelayan itu pergi. Merasa salah tingkah, aku memutar-mutar gelas di hadapanku.
“Oh, ada satu kejutan lagi,” ujarnya sambil bangkit berdiri.
“Kau mau kemana?”
“Hanya mau menunjukkan caraku. Aku tidak mau kau kehilangan sesuatu yang seharusnya kau miliki jika perjodohan ini tidak terjadi,” katanya penuh rahasia lalu pergi menghilang entah kemana.
Sesaat kemudian aku melihatnya sudah duduk di atas panggung yang disediakan khusus untuk penampilan musik live. Dia memegang gitar lalu mulai memetik senar-senarnya. Aku mendeangar teriakan dari meja sebelah, gadis-gadis di restoran ini mulai berteriak-teriak memanggil nama Kyuhyun. Sebenarnya seberapa terkenalnya sih dia? Huh, sepertinya mulai besok aku harus menonton TV.
Love, oh baby, my girl
Geudaen naui jeonbu
Nunbushige areumdaun naui shinbu
Shini jushin seonmul
(Cinta, oh sayang, gadisku
Kau adalah segalanya bagiku
Pengantinku yamg cantik mempesona
Kau adalah hadiah dari Tuhan)
Haengbokhangayo
Geudaeui ggaman nuneseo nunmuri heurejyo
Ggaman meori pappuri doel ddaeggajido
Naui sarang naui geudae
Saranghal geosul na mengsehalgeyo
(Apakah kau bahagia?
Air mata jatuh dari mata hitammu
Sekalipun rambut hitammu memutih
Cintaku, kau cintaku
Aku bersumpah aku mencintaimu)
Geudaereul saranghandaneun mal
Pyeongsaeng maeil haejugo shipeo
Would you marry me?
Neol saranghalgo akkimyeo saragago shipeo
(Mengatakan bahwa aku mencintaimu
Adalah apa yang ingin kulakukan setiap hari dalam hidupku
Maukah kau menikah denganku?
Mencintaimu dan menghargaimu, aku ingin hidup dengan cara ini)
Geudaega jamideul ddaemada
Nae pare jaeweojugo shipeo
Would you marry me?
Ireon naui maeum heorakhaejullae
(Aku ingin kau bersandar di bahuku
Setiap saat kau tertidur
Maukah kau menikah denganku?
Akankah kau memberi izin pada hatiku ini?)
Pyeongsaeng gyeote isseulge, I do….
Neol saranghaneun geol, I do….
Nungwa bigawado akkyeojumyeonseo, I do….
Neoreul jikyeojulge, my love….
(Aku akan berada di sampingmu di sepanjang sisa hidupku, aku bersedia….
Untuk mencintaimu, aku bersedia….
Tanpa menghiraukan salju dan hujan, aku akan berada disana untuk melindungimu, aku bersedia….
Biarkan aku menjadi satu-satunya pelindungmu, cintaku….)
Hayan dressreul ibeun geudae
Tuxedoreul ibeun naui moseup
Balgeoreumeul matchumyeo geodneun uri
Jeo dainimgwa byeore, I swear
Geojitmal shireo uishim shireo
Saranghaneun daui gongjo, stay with me
(Kau memakai gaun pengantin putih
Aku memakai tuksedo
Kita berjalan serempak
Menuju bintang dan bulan, aku bersumpah
Tanpa kebohongan, tanpa kecurigaan
Gadisku tersayang, tetaplah bersamaku)
Uriga naireul meogeodo
Useumyeo saragago shipeo
Would you marry me?
Naui modeun nareul hamkke haejullae?
(Meskipun kita menua
Aku ingin hidup dengan terus tersenyum setiap hari
Maukah kau menikah denganku?
Apakah kau mau menghabiskan sisa hidupmu bersamaku?)
Himdeulgo eoryeowodo, I do….
Neul naega isseulge, I do….
Uri hamkehaneun manheunnaldongan, I do….
Maeilgamsahalge, my love….
(Melewati penderitaan dan kesulitan, aku bersedia….
Aku akan selalu berada di sampingmu, aku bersedia….
Begitu banyak hari yang akan kita habiskan bersama, aku bersedia….
Setiap hari hatiku akan selalu bersyukur, cintaku….)
Oraejeonbuteo neoreul wihae junbihan
Nae sone bitnanun banjirul badajwo
Oneulgwa gateun maemuro jigeume yaksok gieokhalge
Would you marry me?
(Aku telah menyiapkan cincin ini untukmu sejak lama
Tolong ambil cincin yang bersinar ini dari tanganku
Aku akan mengingat janji yang kita bagi dengan perasaan yang sama
Maukah kau menikah denganku?)
Naega geudaeyege deuril geoseun sarangbakke eobjyo
Geujeo geuppuningeol bojalgeoteobjyo
Seotulleoboigo manhi bujokhaedo
Naui sarang naui geudae jikyeojulgeyo
(Satu-satunya hal yang bisa kuberikan padamu hanya cinta
Hanya itu hal yang paling berharga yang aku punya
Aku tahu aku kekurangan dalam segala tapi tidak dengan cintaku
Aku akan memperlihatkannya dan aku akan melindungimu)
Hangajiman yaksokhaejullae
Museunil isseodo
Uri seoro saranghagiro geuppuniya
Nawa gyeorhonhaejullae, I do….
(Janjikan satu hal padaku
Tak peduli apapun yang terjadi
Kita akan tetap saling mencintai dan akan tetap seperti itu
Maukah kau menikah denganku? Aku bersedia….)
(Super Junior – Marry U)
Aku baru tahu bahwa suaranya bagus sekali. Aku sudah membuat reencana untuk membeli semua albumnya besok. Aku tidak mau jadi calon istri yang memalukan lagi!
Dia meletakkan gitarnya lalu meraih mikrofon.
“Maaf mengganggu acara makan malam kalian semua. Lima menit lagi kalian boleh melanjutkan. Han Hye-Na, aku tidak akan berbasa-basi dulu padamu. Aku akan memberimu tiga pilihan. Pilihan pertama, katakana iya dan kita segera menikah. Pilihan kedua, kau katakana tidak, lalu aku akan memaksamu mengatakan iya dan kita segera menikah. Pilihan ketiga, jika kau butuh waktu untuk memikirkannya, aku akan memberimu waktu satu hari untuk berpikir dan kita segera menikah. Bagaimana?”
Aku nyaris frustasi sekarang. Bukan hal aneh jika sebentar lagi aku jadi gila. Semua orang menatapku, membuatku merasa semakin gelisah.
“Kau hanya perlu mengangguk atau menggeleng, Hye-Na~ya,” ujarnya dengan nada geli.
Aku mendelik padanya lalu mengangguk. Aku tidak mau terlalu lama jadi pusat perhatian seperti ini.
Dia melangkah ke arahku kemudian duduk lagi di meja kami.
“Yakin kau tidak melupakan sesuatu?” ejekku.
“Sama sekali tidak,” katanya sambil merogoh saku jinsnya lalu mengulurkan sebuah kotak kecil ke arahku.
“Aku tidak mungkin melupakan hal terpenting, kan?” ujarnya.
“Ini… terlalu berlebihan,” keluhku.
Dia mengacuhkan ucapanku kemudian mengeluarkan cincin dari kotak itu.
“Tanganmu, Hye-Na~ya….”
Secara refleks aku mengulurkan tangan kiriku, lupa bahwa di jari manisnya sudah melingkar cincin lain.
“Maaf,” gumamku seraya menarik lepas cincin itu.
“Tunggu,” cegahnya. “Boleh aku lihat?”
Aku menatapnya bingung tapi tetap menyerahkan cincin itu padanya.
“Ini dari siapa?” tanyanya.
Aku mengangkat bahu.
“Mungkin aneh, tapi aku bahkan tidak tahu bagaimana bisa cincin itu ada padaku. Tapi karena aku suka ya aku pakai saja. Kenapa memangnya?”
“Entahlah. Rasanya aku pernah melihat cincin ini sebelumnya.”
Dia mengembalikan cincin itu padaku lalu memasangkan cincin baru ke jari manisku.
“Suka tidak?”
Aku memperhatikan cincin pemberiannya. Emas putih dengan berlian yang membuatnya kelihatan begitu mewah. Hiasan rumit melingkari berlian itu. Kemudian aku mengangguk.
***
Aku memandang pantulan bayanganku di cermin. Tersenyum malu saat menyadari bahwa pipiku memerah dan dan mataku berbinar-binar bahagia. Bagaimana mungkin ibunya berpikir bahwa anaknya memiliki kelainan padahal dia sudah berhasil menawan hatiku habis-habisan?
Aku menatap cincin baru di jari manisku. Mengecupnya seperti orang gila. Cincin aneh itu sudah aku pasang lagi di jari manis tangan kananku, karena entah kenapa aku menganggap cincin itu sebagai symbol penting dalam kehidupan masa laluku, sebelum Kyuhyun masuk dan mempeorak-porandakannya.
Oh, Ya Tuhan, pernikahan ini benar-benar konyol!
***
Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 64 | Нарушение авторских прав
<== предыдущая страница | | | следующая страница ==> |
KYUHYUN’S POV | | | KYUHYUN’S POV |