Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV
  7. KYUHYUN’S POV

Aku berdiri di sampingnya. Mengusap-usap bahunya pelan, berharap bisa menenangkannya sedikit.

“Aku tidak marah jika kau berubah pikiran. Aku tidak memaksa, Na~ya,” ucapku serius.

“Aku tahu tanpa siapa aku tidak bisa hidup, oppa.”

Aku menghembuskan nafas berat. Dia benar-benar keras kepala sekali!

“Kau masih mau disini atau mau ikut denganku?” tanyaku akhirnya. Mengalah.

“Ikut denganmu tentu saja.”

“Kau belum potong kue, Na~ya….”

“Oh, tidak masalah,” ujarnya acuh lalu meminta MC member pengumuman bahwa dia ingin potong kue sekarang.

Sesaat sebelum meniup lilin, dia menutup matanya. Entah meminta apa. Tapi aku harap masih ada hubungannya denganku. Aku baru sadar sekarang bahwa aku ini benar-benar egois.

Aku memperhatikannya melakukan segala sesuatu dengan begitu terburu-buru. Nyaris ceroboh. Khas Na~ya sekali. Aku pasti akan sangat merindukannya nanti.

“Kau terburu-buru sekali hari ini,” bisikku di telinganya.

Dia mendelik menatapku.

“Tinggal 3 jam lagi, oppa!” ujarnya sewot, meninggalkanku lalu naik ke atas panggung.

“Maaf semuanya… mengganggu sebentar! Hari ini aku ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan, tapi aku harap kalian bisa tetap menikmati pesta ini. Terima kasih atas perhatiannya!” serunya sambil bergegas menghampiriku lagi. Tersenyum, mempesona seperti biasa.

Saat kami akan melangkah pergi, tiba-tiba Eunhyuk datang.

“Maaf kalau aku mengganggu. Hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Boleh, kan?”

Na~ya mengangguk. Mendadak wajahnya tampak begitu sedih. Aku meremas tangannya, memberi semangat. Na~ya menatapku, seperti sedang meminta izin untuk sesuatu. Tentu saja tanpa berpikir panjang aku langsung mengangguk. Apapun akan kuberikan padanya. Walaupun itu termasuk menyuruhku terjun ke neraka sekalipun, yang akan dengan senang hati akan kulakukan demi dia.

Terpana, aku melihatnya memeluk Eunhyuk. Namja ini pastilah sangat berarti untuknya, sehingga begitu sulit untuk ditinggalkan. Bukan dalam konteks kekasih, tapi sebagai sahabat dekat. Aku memahaminya.

“Kau kenapa?” Sekilas aku mendengar nada kaget dalam sura namja itu. “Seperti akan pergi jauh saja,” lanjutnya lagi.

“Kita hanya tidak tahu apa yang akan terjadi, Eunhyuk~a,” ujar Na~ya sambil tersenyum dipaksakan.

“Kami harus pergi sekarang. Selamat bersenang-senang,” katanya sambil melambaikan tangan lalu melangkah keluar bersamaku.

Aku menatapnya, mencoba mencari raut kesedihan itu lagi, tapi dia balas menatapku dengan tegar, walaupun tentu saja hal itu tidak akan memperbaiki keadaan. Aku akan membunuhnya sebentar lagi. Melenyapkan jiwanya.

 

***

 

HYE-NA’S POV

Mendadak kesedihan itu menyelimutiku. Kesedihan meninggalkan semua orang yang aku cintai, walaupun hal itu sedikit pun tidak menggoyahkan keputusanku sebenarnya.

Ji-Yoo berlari menghampiri kami dengan keanggunan tiada tara. Aku terkesima menatapnya berlari secepat itu, menilik dari hak sepatunya yang tidak mungkin kurang dari 15 cm. Gaun biru itu membalut pas tubuh rampingnya.

“Ini kunci mobilmu, Kyuhyun~a!” serunya sambil melempar kunci bersimbol kuda jingkrak itu kepada Kyuhyun. Cirri khas setiap mobil Ferrari.

Ji-Yoo menatapku dengan senyum lebar tersungging di bibirnya. Dia mendekat lalu memelukku erat.

“Selamat datang, kakak ipar. Senang sekali kau mau bergabung dengan keluarga kami yang luar biasa ini!” ujarnya dengan suara yang bergetar saking senangnya.

Dan di detik itu jugalah semua kesedihanku lenyap tak berbekas.

 

***

 

Kyuhyun membawaku ke kebun teh itu lagi. Membantuku mendaki bukit kecil disana. Dan di saat itulah aku melihat pemandangan yang begitu indah. Lampu-lampu, mobil-mobil, dan rumah-rumah yang tampak seperti semut itu benar-benar mengagumkan.

“Indah sekali….”

“Lebih indah kau sebenarnya,” ujarnya dengan nada datar tapi langsung membuat detak jantungku berantakan. Belum-belum dia sudah menggodaku.

“Kenapa kita tidak mampir ke rumah ayahmu?”

“Aku sudah berpamitan kemarin. Mengatakan bahwa aku pergi kuliah ke New York, seperti dalam suratmu.”

Aku tersenyum kemudian duduk di atas bangku besi seperti waktu itu.

“Misalkan takdir itu memang ada, kalau kita bersatu kembali nanti, ayahku pasti akan mengenalimu. Lalu ayahmu, seandainya nanti kau menjadi manusia, dank au tidak mengenalinya sedikitpun saat kau berpapasan dengannya di jalan bagaimana?”

“Semuanya berubah sesuai perubahan kita, Na~ya. Jika ada curare dalam kehidupanmu sebelumnya, semuanya akan terlupakan begitu saja.”

“Berapa banyak orang yang amnesia kalau begitu?”

“Mereka hanya melupakan bagian tertentu saja. Bukan semua kenangan masa lalunya.”

Aku mengangguk paham.

“Masih ada waktu untuk mengubah keputusanmu, Na~ya.”

“Tinggal 30 menit. Jangan berkhayal itu akan terjadi!” sergahnya tajam.

“Baiklah,” ujarnya mengalah.

Sesaat kami terdiam. Aku mengamati jari-jari kami yang saling bertautan. Bersyukur betapa beruntungnya aku bisa memilikinya.

“Boleh Tanya sesuatu?” tanyanya tiba-tiba.

“Apa?”

“Apa yang kau minta sebelum meniup lilin tadi?”

Aku menarik nafas pelan. Tersenyum.

“Aku meminta mati bersamamu,” uajrku ringan.

“Kau gila, Na~ya!” teriaknya kaget.

“Tenanglah! Tak usah berlebihan begitu.”

“Bagaimana tidak? Itu sama saja artinya dengan menceburkan dirimu hidup-hidup ke dalam neraka!”

“Tidak apa-apa, asal kau ada.”

Dia menatapku tak percaya. Benar-benar menganggapku sinting sepertinya.

“Kau berbuat kesalahan karena menolongku!”

“Kalau aku tidak menolongmu, Tuhan tetap akan menjebloskanku ke dalam neraka, oppa. Kita kan harus menolong sesama.”

“Tapi karena kau menolongku, kau juga tetap akan masuk ke dalam neraka, Na~ya!”

“Sama saja akan jadinya?” ujarku, tak bisa dibantah.

“Bagaimanapun, aku hanya menginginkan surga yang ada kau di dalamnya. Tidak peduli jika itu neraka sekalipun,” ucapku pelan, mencondongkan tubuhku dan mengecup bibirnya.

Aku mendengarnya terkesiap, tak semapat lagi mencegahku. Tapi di detik yang sama aku merasakan hentakan yang begitu kuat di jantungku, seolah-olah organ itu sedang ditusuk berjuta-juta jarum tajam yang perlahan-lahan mengoyakku. Aku ingin teriak, tapi bibirku seperti terkunci di bibir Kyuhyun, tidak bisa bergerak. Aku sekilas melihat matanya yang membelalak lebar saat tubuhku diserang listrik ratusan ribu volt kemudian dibakar di saat yang bersamaan. Aku tak pernah membayangkan ada rasa sakit yang sedahsyat itu di atas dunia ini, tapi aku sedang merasakannya sekarang. Dan sesaat kemudian kesadaranku hilang….

 

***

 


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 46 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
KYUHYUN’S POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.006 сек.)