Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV
  7. KYUHYUN’S POV

Apakah aku salah lihat? Sepertinya tidak. Tapi aku sedang melihat Na~ya tertawa-tawa saat sedang makan di kantin. Dan sialnya, dia sedang bersama Eunhyuk.

Aku bisa merasakan darahku menggelegak seperti air mendidih. Siap meledak setiap saat. Apa dia melakukannya? Apa dia sudah membuka hatinya lagi untuk pria lain? Ini semua benar-benar gila! Dan egois ataupun tidak, aku rasa ini semua sudah cukup!

 

***

 

Gila!!! Kalau dulu aku belum gila, sekarang sepertinya sudah. Berani-beraninya aku muncul di kamar gadis itu saat tengah malam! Kemana perginya pertahanan diriku yang sekokoh baja itu? Hanya karena cemburu saja aku sudah melakukan hal konyol ini!

Aku menatap tubuh mungilnya yang sedang meringkuk di bawah selimut. Tidurnya kelihatan nyenyak sekali. Aku tersadar sekarang bahwa aku begitu merindukannya. Suaranya, senyumnya, detak jantungnya, semuanya…. Aku benar-bena rmerindukannya.

Tiba-tiba saja dia bergerak gelisah dalam tidurnya.

“Oppa…” ujarnya begitu lirih sehingga aku berpikir aku salah dengar.

Seketika tubuhku menegang kaku. Takut dia menyadari kehadiranku. Tapi dia bergerak lagi, dan perasaan senang menyelusup ke hatiku.

Dia masih mencintaiku….

 

***

 

HYE-NA’S POV

Aku bergerak-gerak gelisah dalam tidurku. Tiba-tiba saja aku merasakan aura yang begitu nyaman di sekelilingku, dan hal itu sama sekali tidak lazim.

Aku membuka mataku, menyesuaikan diri dengan kegelapan. Dan saat itulah aku melihat siluetnya. Namja yang selalu saja membuatku kehilangan akal sehat.

Tapi seketika itu juga aku merasakan tubuhnya menegang kaku.

“Tolong jangan pergi. Aku mohon!” pintaku lirih, dan dia menuruti permintaanku. Berdiri diam tak bergerak, bersandar ke dinding, seakan enggan mendekatiku.

Aku bangkit dari ranjang, mendekatinya dengan rikuh lalu tanpa basa-basi langsung memeluknya erat. Aku bisa merasakan tubuhnya mengejang dan saat itulah aku tersadar, hatinya tidak lagi untukku. Sudahlah, aku tidak akan memaksanya.

“Tolong, sebentar saja,” ujarku pelan sambil membenamkan wajahku ke dadanya, menghirup aroma maskulin itu dalam-dalam. Rasanya begitu menenangkan. Setidaknya untuk sesaat ini saja, aku bisa merasakan memilikinya lagi. Tapi ucapannya setelah itu benar-benar mengejutkanku.

“Hmmmh… nyaman sekali memelukmu seperti ini. Seolah-olah aku bisa merelakan apapun untuk tetap melakukannya,” ujarnya ringan sambil mempererat pelukannya, lalu mengusap rambutku perlahan.

“M… mwo?” ucapku tak percaya, berusaha melepaskan diri dari pelukannya untuk menatap wajahnya, memastikan bahwa dia tak bercanda. Tapi dia tidak membiarkanku begitu saja.

“Kau masih mencintaiku, Na~ya?” bisiknya pelan.

Aku bisa merasakan wajahnya di leherku, menghirup nafas disana.

“Pertanyaan bodoh apa itu?” tanyaku, limbung akan perlakuannya.

“Jawab saja. Jebal! Apa aku sudah terlambat untuk memperbaiki semuanya? Apa kau sudah jatuh cinta pada namja lain?” tuntutnya, dan kali ini dia melepaskan pelukannya. Aku bisa merasakan tangannya yang hangat memegangi wajahku, matanya menelusuri mataku, mencari jawaban.

“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Apa kau masih mencintaaiku? Atau kau ternyata sadar bahwa kau mencintai Eun-Ji? Apa kau sudah sadar bahwa aku tidak pantas untukmu, oppa?” serangku bertubi-tubi.

“Jangan bodoh, Na~ya! Bukan kau yang tidak pantas untukku, tapi aku yang tidak pantas bersanding denganmu. Aku sama sekali tidak berhak menemuimu setelah apa yang sudah aku lakukan padamu waktu itu. Bahkan dengan tololnya kau malah berniat bunuh diri untukku!” sergahnya marah.

“Tapi Eun-Ji….”

“Aku tidak mau kau menjadi seperti aku. Aku pikir kau akan membenciku kalau aku meninggalkanmu untuk yeoja lain. Hanya itu satu-satunya cara. Tapi aku hampir sekarat karena melakukannya. Kau hampir mati. menjadikanmu curare bahkan tidak sebanding dengan semua itu.”

“Kau berubah pikiran?”

“Mungkin. Tapi waktunya tetap seperti yang sudah ditetapkan, Na~ya,” ujarnya memperingatkan.

“Jadi, apa kau masih mencintaiku?” tanyanya lagi.

“Tentu saja. Bodoh sekali kau menanyakannya, oppa!”

“Eunhyuk?”

“Dia… sahabatku, oppa.”

“Sahabat? Kau tak pernah punya sahabat, Na~ya. Aku tidak suka penggunaan kata sahabat yang kau ucapkan itu. Rasanya hubungan kalian dekat sekali.”

“Kau cemburu?” harapku.

“Tentu saja. Kau pikir kenapa aku bisa ada disini malam ini?”

“Apa maksudmu?”

“Tadi siang aku melihatmu tertawa-tawa bersamanya. Kalian lebih dekat daripada yang aku kira.”

“Baguslah. Kau jadi menemuiku karena itu. Aku harus berterima kasih padanya nanti.”

Aku melepaskan diri dari Kyuhyun lalu duduk di atas tempat tidur. Lama-lama di dekatnya aku bisa melakukan yang tidak-tidak.

“Jadi, namja sepertimu bisa cemburu juga? Memangnya apa yang kau cemburui? Tidak ada saingan, oppa.”

“Aku akan mencemburui apapun yang pernah dan akan mendapat perhatian lebih darimu, Na~ya. Karena itu berarti kau menunjukkan ketertarikan pada hal lain, mengurangi ketertarikanmu padaku.”

“Mana mungkin!” sanggahku, menatapnya tak percaya. Memangnya di atas dunia ini ada hal yang lebih menarik daripada dia?

Aku menarik nafas pelan. Ada yang ingin kutanyakan padanya.

“Waktu itu apa kau ke rumah sakit? Atau aku hanya berkhayal waktu mendengarmu berkata agar aku terus bertahan? Bahwa kau mencintaiku? Apa itu kau?”

“Aku mencintaimu. Apakah masih ada keraguan akan hal itu?”

“Kenapa? Tolong beri aku alasan yang masuk akal.”

Dia tampak berfikir sesaat. Memilah-milah kata yang tepat.

“Kalau kau berpikir bahwa aku mencintaimu karena kau adalah korban pertamaku yang berlawanan jenis dariku atau karena baumu yang sangat menyengat hidungku, itu semua salah besar, Na~ya. Sumpah, aku tidak bisa menjelaskan apa-apa padamu. Aku tidak tahu. Hanya saja….”

Dia menggelengkan kepalanya. Kehilangan kata-kata.

“Cobalah. Aku akan berusaha untuk mengerti,” pintaku.

“Kau… kau mengeluarkan bola basket dari dalam tasmu waktu itu dan sekilas aku melihat wajahmu. Dan entah kenapa setelah itu… aku kehilangan akal sehat. Seluruh sistemku rasanya berantakan.”

“Aku mencintaimu, Na~ya…. Tidak akan jatuh cinta kalau gadis itu bukan kau. Apa kau bisa mengerti?”

Aku tersenyum dan mengangguk.

“Ngomong-ngomong, apa Eunhyuk membuatmu tertarik?” tanyanya dengan nada biasa-biasa saja, tapi matanya berkilat waspada.

Aku memutuskan menggodanya gara-gara tampangnya itu. Biar tahu rasa karena dia mencoba meninggalkanku.

“Sedikit banyak ya, dia membuatku tertarik. Dia baik sekali dan selain itu dia juga bisa membuatku tertawa. Itu nilai plus baginya. Kalau kau tidak menemuiku sekarang, aku sudah memikirkan untuk menerimanya saja,” ujarku sambil memasang raut muka serius. Bersusah payah menahan geli saat melihat wajahnya yang mengeras.

“Kalau dia mencintaimu, bukan berarti kau juga harus mencintainya. Aku mohon, jangan jatuh cinta kepada siapapun, akulah orang yang kau cintai.”

Aku sudah tidak tahan dan sedetik kemudian tawaku sudah meledak tak terkendali.

“Kau ini serius sekali, oppa! aku kan hanya bercanda!” ucapku geli.

“Sialan kau!” umpatnya sambil mendorongku sampai terbaring di atas kasur lalu menindih tubuhku. Aku terkesiap, tapi sepertinya dia bisa mengendalikan dirinya dengan sangat baik.

“Lihat, kan? Begitu mudahnya terbawa suasana saat bersamamu,” keluhnya.

Dengan cepat dia mengecup pipiku kilat, bangkit berdiri, lalu menyunggingkan senyum jahilnya.

“Aku harus pulang. Ayahmu tidak ada, nanti bisa-bisa aku malah melakukan hal yang tidak-tidak. Lagipula sudah lewat tengah malam, Na~ya. Besok kau harus sekolah. Dan aku pikir kau sudah bisa tidur nyenyak mala mini. Aku tahu kau benar-benar kurang istirahat akhir-akhir ini.”

“Gara-gara kau,” sungutku.

“Kesalahanku,” ucapnya menyetujui. “Tidak apa-apa, semuanya sudah kembali normal sekarang. Selamat malam, Na~ya,” bisiknya di telingaku. Dia mengelus pipiku dan sedetik kemudian dia menghilang.

 

***

 


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 48 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
KYUHYUN’S POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.009 сек.)