Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

EUNHYUK’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. EUNHYUK’S POV
  2. EUNHYUK’S POV
  3. EUNHYUK’S POV

“Hei, Eunhyuk, kau mau menunjukkan padaku tempat-tempat yang bagus tidak? Aku ada tugas kuliah. Soal fotografi kau kan jagonya!”

Aku menatap Ji-Yoo, berpikir sesaat lalu mengangguk.

“Makan dulu! Eomma kan sudah capek-capek masak!” sergah eommaku.

Kami beraanjak ke meja makan. Appa baru saja pulang, jadi kami semua sudah lengkap.

Aku mengambil tempat di depan Hye-Na. hal bodoh sebenarnya karena membuatku berpikir yang tidak-tidak. Aku jadi membayangkan bagaimana jika seandainya dialah yang menjadi istriku. Aku pasti akan menjadi namja paling beruntung sedunia. Sebelum berkhayal terlalu dalam, aku langsung berusaha menyingkirkan pikiran itu jauh-jauh.

“Bagaimana, Hye-Na? suka tinggal disini?” tanya appaku.

“Lumayanlah, appa. Tapi rasanya rumah ini terlalu besar.”

“Hahaha… bisa saja! Oh ya, bagaimana rencana bulan madu kalian?”

“Lusa kami berangkat,” jawab Kyuhyun.

“Bagus itu! Nanti kalau perginya berdua, pulangnya harus bertiga!”

Aku tersedak demi mendengar ucapan itu. Cepat-cepat aku menyambar air lalu meneguknya sampai tandas. Aku bisa merasakan Hye-Na menatapku dengan perasaan tidak enak.

“Makanya kalau makan jangan buru-buru!” ujar ibuku sambil mengusap-usap punggungku pelan.

“Ji-Yoo~a, kau sudah selesai belum? Bagaimana kalau kita pergi sekarang?”

Seolah menyadari situasi, Ji-Yoo mengangguk lalu berpamitan dnegan mereka semua.

“Hati-hati di jalan,” pesan eommaku.

***

Aku mengamati Ji-Yoo yang sedang asyik bergerak kesana kemari untuk mengabadikan gambar bangunan-bangunan tua. Tapi lagi-lagi aku terjebak dalam kenanganku bersama Hye-na dulu disini. Saat dia bersedia menemaniku menghabiskan waktu seharian untuk memotret. Diam-diam sebenarnya aku malah keasyikan mengambil fotonya. Aku menghabiskan dua rol film waktu itu.

Aku kembali fokus saat Ji-Yoo menghempaskan tubuhnya di sampingku. Dia menenggak air putih dari botol minumnya lalu menyeka keringatnya.

“Kau kuat sekali,” ujarnya tiba-tiba.

Aku mengernyitkan kening bingung.

“Kalau aku jadi kau, aku pasti akan merana dalam beberapa minggu ke depan. Aku jadi heran sebenarnya, bukankah kau sangat mencintai Hye-Na? Saking cintanya kau bersikeras mempertahankan hubungan kalian selama 4 tahun padahal kau tahu dia sama sekali tidak mencintaimu. Tapi sekarang kau malah sembuh dengan begitu cepatnya.”

Aku terkesiap mendengar ucapannya.

“Aku mengamatimu tahu! Oh, sudahlah, jangan pura-pura bodoh seperti itu!” serunya saat melihat tampang tololku. “Masa sih kau tidak tahu bahwa aku menyukaimu? Aku kan selalu mengikutimu secara diam-diam selama ini!”

Aku tidak bisa berkata apa-apa saking kagetnya.

“Ah, tidak usah dipikirkan! Santai saja! Tapi kau harus menjawab pertanyaanku tadi. Kenapa aku bisa sembuh begitu cepat? Siapa tahu aku bisa mempelajarinya darimu.”

“Aku hanya menyadari… bahwa ada orang lain yang akan mencintai Hye-Na lebih daripada aku. Yang bersedia menghabiskan hidupnya untuk membahagiakan gadisku. Maka aku melepaskannya….”

“Hanya begitu?”

“Ya, cintaku hanya sesederhana itu. Asal dia bahagia, itu saja sudah cukup. Aku suka caranya tersenyum kepada Kyuhyun. Dia bahagia. Mereka memang belum sadar, tapi lihat saja nanti, pasti tidak ada yang bisa mengalahkan cinta mereka.”

“Oh, kedengarannya mudah sekali. Tapi aku rasa itu pasti akan sangat sulit untuk dilakukan.”

“Memangnya kau mau mempelajarinya untuk apa?”

“Untuk melupakanmu,” ujarnya enteng sambil menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Dia tersenyum dan cahaya matahari yang menyusup lewat celah-celah dedaunan memantul di wajahnya.

“Bagaimana kalau tidak usah saja? Berusahalah sedikit lagi, siapa tahu kau bisa menawanku?”

TBC

 

HYE-NA’S POV

Jangan tanya apa-apa padaku tentang Paris! Aku benar-benar buta tentang Negara satu ini. Yang kutahu hanya menara Eiffel saja. Pengetahuanku benar-benar payah!

Kami baru saja sampai di hotel mewah yang sudah disewakan eomma Kyuhyun untuk kami. Presidental suite room. Hotel ini berbintang lima, jadi bisa saja harga sewa kamarnya per malam mencapai ratusan juta dan kami akan menginap disini selama dua hari. Astaga!

“Ini terlalu berlebihan! Berapa ratus juta yang dihabiskan eomma dan appa untuk bulan madu ini?” protesku.

“Tak usah khawatir. Kami punya terlalu banyak uang yang tidak tahu mau dikemanakan. Jadi ini saja belum seberapa.”

“Kau kan bisa memberikannya pada orang yang membutuhkan!” sungutku.

“Sudah. Lagian kenapa sih hanya seperti ini saja kau sudah heboh seperti itu?”

“Ani.”

Aku sudah kehabisan bahan pembicaraan dan mulai kelimpungan sekarang. Kami hanya tinggal berdua dan hal ini amat sangat mengganggu kenyamananku.

“Kau mau tidur denganku atau tidak?” tanyanya tiba-tiba.

Aku bisa merasakan darah mengalir deras ke wajahku. Apa-apaan dia?

“Bisa tidak sih kau berhenti berpikiran kotor seperti itu? Aku hanya menanyakan apa kau keberatan atau tidak tidur seranjang denganku karena kalau iya aku bisa tidur di sofa,” ujarnya sambil menatapku sinis.

“Eh… tidak. Tidak… apa-apa. Ini kan kau yang bayar,” kataku salah tingkah. Mukaku mau ditaruh dimana?

Tidak tahu apa yang harus dilakukan, aku mengambil pakaian dari koper yang kubawa lalu memutuskan untuk mandi. Itu lebih baik agar aku bisa mendinginkan isi kepalaku yang kotor ini!

***


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 52 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
EUNHYUK’S POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.007 сек.)