Читайте также: |
|
Aku menonton acara TV di hadapanku dengan tatapan nanar. Entah setan apa yang merasukiku sampai sanggup menonton resepsi pernikahan mereka yang diliput besar-besaran oleh seluruh stasiun TV. Aku merasa limbung saat melihat mereka berdua berdansa, melihat bagaimana cara Kyuhyun menatap Hye-Na, melihat bagaimana Kyuhyun menyentuh Hye-Na dengan kelembutan sedemikian rupa seolah-olah gadis itu adalah Kristal seharga milyaran won yang gampang pecah.
Mau tidak mau aku dengan sangat terpaksa mengakui… dia mencintai Hye-Na… lebih daripada aku, bahkan sebelum dia sempat menyadarinya.
***
KYUHYUN’S POV
Sudah lewat tengah malam saat kami sampai di rumah. Setelah segala macam tetek bengek pernikahan dan konferensi persnya akhirnya kami bebas juga.
“Jangan bangunkan dia. Gendong saja. Dia pasti capek sekali,” bisik eommaku lalu turun dari mobil bersama appa.
Aku melirik Hye-Na yang sedang tertidur pulas di jok mobil. Wajahnya polos sekali seperti malaikat jika sedang tidur seperti itu….
Aku turun dari mobil lalu membuka pintu penumpang dan menggendongnya turun dengan hati-hati. Eommaku membiarkan pintu rumah terbuka lebar untuk memudahkanku lewat. Aku menendangnya sampai tertutup kemudian menaiki tangga sampai ke lantai atas.
Aku membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur pelan-pelan, berusaha agar dia tidak terbangun. Aku menarik selimut untuk menyelimuti tubuhnya lalu merapikan anak-anak rambutnya yang berantakan, menyelipkannya ke belakang telinga.
Aku mendengarkan nafasnya yang teratur, mendengarkan detak jantungnya. Aku bahkan tidak tidur semalaman karena memperhatikannya!
***
HYE-NA’S POV
Aku terbangun keesokan harinya saat sinar matahari mulai menyelinap masuk lewat jendela kamar. Aku menggeliat sesaat, membuka mata lalu mengerjap bingung mendapati ruangan dimana aku berada sekarang.
Hye-Na babo, bisikku pada diri sendiri. Kau sudah menikah sekarang.
Aku mengedarkan tatapanku ke sekeliling, terpaku sesaat pada pintu kaca besar yang terbuka ke balkon, lalu beralih lagi ke dalam kamar yang super luas ini. Semua peralatan elektronik seperti TV, DVD, home theatre, kulkas mini, computer, dan rak-rak berisi beratus-ratus VCD dan DVD lagu-lagu tersusun rapi di kamar ini. Aku menatap foto Kyuhyun yang dipigura besar di dinding lama-lama. Ngomong-ngomong dimana dia?
Aku bangkit lalu membuka pintu di sudut kamar. Bahkan kamar mandinya begitu besar.
Aku membersihkan diri secukupnya, berharap aku tidak bau-bau amat karena tidak mandi. Aku kan tidak tahu dimana dia meletakkan pakaian-pakaianku.
Setelah merasa sedikit segar, aku turun ke bawah mencarinya. Dia sedang duduk sendirian di kursi meja makan, sama sekali tidak menyentuh sarapannya.
“Pagi,” sapaku.
Dia mendongak lalu tersenyum. Aku membalas senyumnya seraya menarik kursi dan duduk di hadapannya.
“Pagi sekali kau bangun,” selidikku.
Aku mendapati ekspresi gugup di wajahnya lalu menyadari sesuatu, ada lingkaran hitam di bawah matanya.
“Kau tidak tidur semalaman?” tanyaku.
Kegugupannya semakin menjadi-jadi. Dia mengacak-acak rambutnya gusar lalu menatapku.
“Aku… eh… belum terbiasa dengan… ng… kehadiranmu. Jadi… maaf, tapi… aku laki-laki. Agak sedikit sulit bagiku. Kuharap kau mengerti.”
Aku mengangguk lalu pura-pura sibuk mengoleskan selai kacang ke permukaan rotiku, berusaha menyembunyikan wajahku yang sudah memerah.
***
Siang harinya kami bertiga sudah duduk di ruang keluarga sambil menonton TV. Aku baru saja selesai mandi setelah aku menanyakan kepada Kyuhyun dimana letak pakaianku. Ternyata dia sudah menyusunnya ke dalam lemari karena tadi malam dia sedang tidak ada kerjaan untuk mengalihkan perhatian katanya, membuat wajahku lagi-lagi memerah.
Appa Kyuhyun masih di kantor dan baru pulang satu jam lagi saat makan siang. Eomma sedang memasak di dapur bersama pembantunya. Tadinya sih aku berniat membantu, tapi eomma melarangku, alasannya aku pengantin baru, jadi belum boleh melakukan apa-apa. Aku sih bersyukur karena hal ini, aku saja tidak bisa membedakan mana yang garam dan mana yang gula. Mungkin bisa, kalau aku mencobanya satu per satu.
“Ngomong-ngomong, kapan kalian akan pergi berbulan madu? Bagaimana kalau lusa? Minggu depan kan kau harus konser keluar negeri, Kyuhyun~a.”
“Terserah saja,” katanya kedengaran tidak peduli. Dia malah sibuk memuntir-muntir rambutku ke jarinya, membuatku sedikit kehilangan fokus.
“Eomma, aku pulang!” Terdengar seruan dari pintu depan. Aku tersentak kaget dan Kyuhyun juga ikut membeku di sampingku. Itu suara Eunhyuk.
Dia masuk ke dalam ruangan lalu duduk di samping eomma sambil tersenyum lebar.
“Kau ini! Kenapa kemarin tidak datang, hah?” seru eomma pura-pura marah.
“Aigoo, eomma! Memangnya Kyuhyun hyung tidak bilang? Aku kemarin pagi datang, tapi tiba-tiba ada temanku yang kecelakaan, jadi aku ke rumah sakit.”
“Tidak. Eomma tidak sempat menanyainya. Kau ini, kan malamnya kau bisa datang!”
“Tidak bisa, eomma. Keluarganya sedang di luar kota, jadi aku yang menjaganya. Aku kan tidak mungkin meninggalkannya. Kalau dia kenapa-napa bagaimana?”
“Kau ini! Banyak sekali alasan! Ya sudah, cepat kenalan dengan kakak iparmu!”
Eunhyuk menatapku lalu tersenyum.
“Aku sudah kenal. Kami dulu satu SMA dan sekarang satu kampus. Benar kan, kakak ipar?”
Aku mengangguk. Benarkah dia sudah pulih secepat itu?
“Oh, bagus itu! Bagaimana, Hye-Na? dia dulu tidak kenal, kan?”
Aku menggeleng dengan senyum dipaksakan.
“Ya sudahlah, eomma mau lihat masakan dulu. kalian mengobrollah.”
Eomma menghilang ke balik pintu, meninggalkan kami bertiga dalam keadaan canggung. Eunhyuk yang terlebih dahulu memecah kesunyian.
“Aku sudah tidak apa-apa. Tenang saja!”
Aku masih tidak berkata apa-apa saat tiba-tiba saja Ji-Yoo datang.
“Hai semua!” serunya, riang seperti biasa. Dia duduk di sampingku, lalu menatap Eunhyuk terang-terangan.
“Kau disini juga?”
Eunhyuk tersenyum lalu mengangguk.
“Aku akan pindah kesini. Mungkin Kyuhyun dan Hye-Na mau pindah ke apartemen dalam waktu dekat?”
Kyuhyun mengangguk. Yah, aku bisa memahaminya. Kalau disini terus, bisa-bisa dia tidak tidur setiap malam, lagipula lama-lama eomma bisa-bisa curiga.
“Tidak, tidak!”
Tiba-tiba saja eomma sudah kembali lagi seraya melayangkan tatapan marah kepada anaknya.
“Kalian belum boleh pindah pokoknya! Eomma kan masih mau bersama Hye-Na! Nanti sehabis kalian bulan madu, kau akan sibuk tur kesana kemari, masa kau mau meninggalkan Hye-Na sendirian di apartemen?”
“Tapi eomma….”
“Tidak! Tidak bisa pokoknya! Dan kau Eunhyuk~a, kau tinggal saja dulu di paartemen hyungmu, daripada dibiarkan kosong begitu saja. Lagipula kan lebih dekat dari kantor.”
Aku tersenyum dalam hati. Eomma mengerikan sekali kalau sednag marah seperti itu. Lagipula aku lebih suka disini. Masih ada eomma dan appa yang akan melindungiku. Daripada di apartemen, bisa-bisa Kyuhyun macam-macam.
Tidak, mungkin saja bukan Kyuhyun. Bisa jadi malah aku yang hilang kendali….
***
Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 52 | Нарушение авторских прав
<== предыдущая страница | | | следующая страница ==> |
KYUHYUN’S POV | | | EUNHYUK’S POV |