Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | EUNHYUK’S POV | EUNHYUK’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | EUNHYUK’S POV | EUNHYUK’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV
  7. KYUHYUN’S POV

Aku turun dari mobil lalu berjalan memasuki kampus Hye-Na. aku kesini untuk memberi pelajaran pada gadis sialan bernama Jin-Rin itu. Dia harus mendapat balasan atas perlakuannya terhadap istriku.

Hye-Na sendiri sekarang sedang dimonopoli oleh eommaku. Beliau memaksa kami pindah lagi ke rumahnya agar dia bisa menjaga Hye-Na saat aku tidak ada. Aku sama sekali tidak keberatan, ide itu cukup bagus untuk keselamatan anak kami.

“Kau tahu Jin-Rin ada dimana?” tanyaku pada seorang gadis yang kebetulan lewat. Dia mematung saking syoknya menatapku. Aku harus menunggu beberapa saat sampai dia bisa mengendalikan diri dan menjawab pertanyaanku.

“Di kan… tin,” ucapnya terbata-bata.

“Terima kasih,” sahutku sambil tersenyum padanya.

Aku berghegas ke arah kantin, bertanya lagi pada seseorang karena aku tidak tahu seperti apa wajah si Jin-Rin itu. Aku memutuskan bertanya pada seorang namja sekarang, agar tidak terlalu banyak menghabiskan waktu.

Dia menunjuk seorang yeoja yang duduk di sudut kantin. Dia sedang tertawa-tawa bersama para pengikutnya, menurut dugaanku.

Aku menelitinya dari jauh, mencaci dalam hati. Apa cantiknya dia?

“KYUHYUN OPPA?!” serunya kaget saat aku sampai di hadapannya. “Ayo duduk!” katanya seraya memberi kode kepada teman-temannya untuk memberikan kursi mereka kepadaku.

“Tidak perlu,” ujarku dingin. “Aku pikir tidak perlu basa-basi untuk bicara padamu, aku takut kau tidak bisa mencerna ucapanku. Dengar, aku tidak peduli apapun pendapatmu tentang Hye-Na, tapi dia istriku. Walaupun aku disuruh memilih di antara seratus gadis seperti kau, aku tidak perlu pikir panjang lagi untuk memilihnya. Kau bahkan tidak memiliki seperseribu dari kesempuranaannya. Kau hanya yeoja yang mengagung-agungkan kecantikan tapi otakmu kosong dan hatimu busuk seperti sampah. Merana sekali namja yang mau jadi kekasihmu. Kusarankan lebih baik kau bercermin terlebih dahulu sebelum mengata-ngatai orang lain. Jujur saja, kau sama sekali tidak menarik minatku,” kataku sinis lalu melangkah pergi meninggalkannya yang mematung kaku dengan wajah syok menahan malu. Aku tertawa dalam hati memikirkan nasibnya di kampus hari-hari ke depan. Seisi kampus mendengar ucapanku dan bukan hal yang aneh jika dia menjadi bahan olok-olokan setelah ini. Aku bahkan berani bertaruh dia tidak akan sanggup memunculkan batang hidungnya lagi di tempat ini.

 

***

 

HYE-NA’S POV

“Hai,” sapaku saat melihat Kyuhyun muncul di pintu kamar.

Dia tersenyum, mendorong pintu kamar hingga tertutup kemudian duduk di sampingku.

“Kau sudah baikan? Masih pusing?”

Aku menggeleng.

“Kau dari mana?” tanyaku.

“Dari kampusmu. Memberi pelajaran pada yeoja sialan itu.”

“Yang benar?! Kau ini! Seharusnya tidak perlu seperti itu!” seruku kaget.

“Dia memang pantas menerimanya,” ujar Kyuhyun seraya mengedikkan bahu tidak peduli. “Kau sudah makan?”

Lagi-lagi aku menggeleng. “Tidak, aku tidak nafsu makan,” jelasku.

“Nanti… seandainya kau ngidam, tolong jangan yang aneh-aneh, oke?”

Aku tertawa geli melihat ekspresinya.

“Oke, tenang saja.”

 

***

 

6 bulan berlalu. Diiringi keanehan-keanehan baru dalam hidupku. Kyuhyun yang setiap pagi bangun membuatkan susu untukku, Kyuhyun yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi, Kyuhyun yang rela meninggalkan pekerjaannya untuk mengurusku, sampai-sampai aku sempat mengira bahwa dia mencintaiku, yang kemudian dihempas kenyataan kalau dia hanya tidak ingin terjadi apa-apa terhadap anaknya.

Hari ini wisudaku. Cukup dadakan sebenarnya karena kupikir skripsiku tidak akan selesai tepat waktu. Tapi hidupku memang selalu beruntung sepertinya. Sayang sekali appaku tidak bisa datang hari ini karena kesibukannya. Tidak apa-apa juga, toh ada eomma yang menemaniku.

Tapi brengseknya, suamiku yang sialan itu sama sekali tidak tampak batang hidungnya dari tadi. Acara baru saja selesai dan masih tidak ada juga tanda-tanda bahwa dia akan datang.

“Hye-Na~ya, eomma mau ke toilet sebentar. Toiletnya di sebelah sana, kan? Kau tunggu saja disini, sebentar lagi supir datang,” kata eomma sembari bergegas pergi.

Aku mengangguk, menyandarkan kepalaku ke sandaran kursi taman, terpaksa menutupi mata untuk menghindari cahaya matahari yang menyilaukan. Kemudian tiba-tiba saja cahaya itu menghilang, dihalangi oleh seseorang yang menunduk di atasku.

Aku membuka mata, mendesah lega saat mendapati bahwa dialah yang berada di ahdapanku.

“Kupikir kau tidak akan datang,” ejekku.

“Tadi ada urusan di kantor. Selesainya memang tepat waktu, tapi tadi ada kecelakaan di jalan, jadi macet,” jelasnya seraya menyodorkan sebuket bunga ke arahku.

Aku mengambilnya dengan antusias, membenamkan hidungku ke dalam keharuman bertangkai-tangkai bunga lili putih itu.

“Kau tahu darimana bunga kesukaanku?”

“Sedikit merendahkan diri sebenarnya. Aku bertanya pada Eunhyuk. Dan dia benar-benar menyebalkan!” desis Kyuhyun geram.

“Kau suka? Awas saja kalau tidak!” ancamnya.

Aku tertawa lalu mengangguk senang. Dan tiba-tiba saja dia sudah menunduk lalu memberi kecupan ringan di bibirku.

Aku berharap aku bisa terbiasa dengan hal ini, tapi nyatanya tidak pernah. Setiap sentuhannya berakibat fatal pada seluruh jaringan syarafku dan itu benar-benar memalukan.

“Siapa gadis pertama yang kau cium?” tanyaku penasaran. Tempat dan waktu yang salah sebenarnya, tapi masa bodohlah, aku tidak bisa menyimpan pertanyaan ini lebih lama lagi.

“Kau,” sahutnya enteng.

“Tapi kau belajar darimana? Masa bisa semahir itu?”

Dia tertawa geli mendengar ucapanku. “Kemampuan alami,” katanya, terlihat puas pada diri sendiri.

“Memangnya kau tidak merasakan apa-apa saat menciumku?” tanyaku lagi.

“Kalau kau?”

“Jawab dulu pertanyaanku!” bentakku kesal.

“Aku akan menjawab kalau kau juga menjawab pertanyaanku tadi terlebih dahulu,” ujarnya menyebalkan.

“Jujur saja, rasanya seperti candu,” akuku setelah beberapa saat.

“Wah, Hye-Na~ya, ini tempat umum, loh!” guraunya.

“Sialan kau! Kau mau menjawab pertanyaanku atau tidak?” gertakku.

“Aku namja, tentu saja menciummu memberi dampak besar untukku. Kau tidak tahu saja bagaimana sulitnya mengontrol diri saat minggu-minggu pertama pernikahan kita. Kau terlalu menggoda soalnya.”

Aku memalingkan wajahku ke arah lain, malu mendengar ucapannya. Aku menggoda? Astaga, dia pasti sudah gila!

 

***

 

Kandunganku sudah mulai membesar. Untung saja aku tidak ngidam yang aneh-aneh. Yang paling parah hanya waktu aku ngidam makan ddubbokki tengah malam, sehingga Kyuhyun harus berkeliling mencarinya. Tapi gilanya, aku malah tidak nafsu lagi melihatnya saat makanan itu sampai di hadapanku. Dan anehnya, Kyuhyun sabar sekali menghadapiku.

Sialnya, malam ini aku menginginkan hal lain yang sebenarnya mudah, tapi begitu memalukan untukku.

“Kyuhyun~a,” panggilku, berusaha menekan harga diriku sampai ke tingkat paling minimum.

Dia menoleh dari komputernya, memutar kursinya menghadap ke arahku.

“Aku….”

“Kau ngidam lagi?” tebaknya melihat gelagatku.

“Sepertinya,” uajrku dengan wajah memerah.

Merasa penasaran, dia berdiri lalu duduk di sampingku. Keringat dingin mulai membasahi tubuhku. Kamar ini tiba-tiba saja terasa panas.

“Jangan marah,” pintaku.

“Tergantung.”

“Pada?”

“Apa yang kau inginkan,” jawabnya.

Dengan rikuh aku beringsut sedikit mendekatinya, berlutut di atas tempat tidur. Sekilas aku bertanya dalam hati, bagaimana mungkin aku memiliki suami setampan ini?

Aku melihat alisnya berkerut heran saat aku mengalungkan tanganku ke lehernya. Aku menunduk, dnegan hati-hati menempelkan bibirku ke bibirnya.

“Kau memintaku agar jangan marah? Seharusnya kau memperingatkanku agar tidak lepas control, Hye-Na,” gumamnya di sela-sela ciuman kami.

Dia mendudukkanku ke atas pangkuannya, membiarkanku yang mengambil alih. Tapi aku terlalu malu untuk melakukannya, sehingga akhirnya dia mengambil inisiatif. Perlahan dia membuka bibirku, berhati-hati menelusupkan lidahnya. Beberapa detik kemudian kami saling menjauh, terengah-engah mengambil nafas.

“Hanya ciuman?” tanyanya memastikan.

Aku mengangguk malu lalu mengambil jarak darinya.

“Kau mau tidak bernyanyi untukku? Hanya sampai aku tertidur,” pintaku.

“Aku punya lagu baru, tapi belum ada lirik. Mau dengar?”

Aku mengangguk. Dia mengambil gitar yang tersandar di sudut ruangan lalu memainkan melodi asing yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Iramnaya menenangkan.

Huft, bisakah seseorang memberitahuku bagian mana dari dirinya yang tidak mempesona?

 

***

 


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 44 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
KYUHYUN’S POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.011 сек.)