Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV
  7. KYUHYUN’S POV

Aku berumur 2 tahun saat berubah menjadi curare. Seorang curare tua menemukan paru-parunya di dalam tubuhku. Aku tidak membencinya. Sungguh. Setelah menjadi curare, umurku langsung menjadi 17 tahun saat itu, dia merawatku seperti anaknya sendiri. Dia menjelaskan segala hal yang harus kuketahui. Setiap hari meminta maaf padaku. Aku harus mengerahkan seluruh tenaga untuk membuatnya percaya bahwa aku sama sekali tidak pernah menyalahkannya.

Dia sudah menjadi manusia sekarang. Aku sering memperhatikannya dari jauh. Memastikan bahwa hidupnya baik-baik saja. Dia tidak mengingatku tentunya. Terkadang aku mendekat untuk menyapanya. Dia menyambutku dengan ramah, sering menawariku untuk mampir ke rumahnya. Lagi-lagi menganggapku seperti anak sendiri. Aku terkadang merasa sangat membenci curare yang telah mengubahnya dulu. Tapi tentu saja, curare itu juga tidak bersalah. Takdir yang mengatur semuanya.

Aku sudah hamper 17 tahun menjadi curare. 4 bulan lagi tepatnya waktuku akan habis. Aku mengerjakan segala hal terlalu cepat sebenarnya. Dalam waktu 7 tahun, aku sudah menemukan 9 organ vital. Hampir 10 tahun terakhir aku menghabiskan waktu untuk mencari jantungku, tapi aku tetap tidak menemukannya. Dan waktuku tinggal 4 bulan lagi. Tepatnya sampai tanggal 15 Juli tengah malam.

Aku sudah keliling dunia untuk mencarinya. Berkeliaran di jalanan. Tetap saja tidak ada. Aku sudah tidak punya waktu untuk santai lagi sekarang. Lalu aku pergi ke Seoul, kota kelahiranku. Sudah cukup lama aku tidak menginjakkan kaki disini karena terlalu sibuk mencari organ tubuhku yang bertebaran di seluruh dunia.

Organ vital pertamaku, yaitu otak, kutemukan di Tokyo, Jepang. Milik seorang dosen jenius di salah satu universitas ternama disana. Dia pria berumur 49 tahun.

Aku menemukan paru-paruku di Harvard University. Milik seorang mahasiswa disana. Lagi-lagi dia laki-laki.

Hatiku di Singapura, lambung di Turki, pancreas di San Fransisco, empedu di India, ginjal di London, usus di Milan, dan sumsum tulang belakang di Indonesia. Dan semuanya laki-laki. Aku juga tidak tahu kenapa bisa seperti itu.

Aku memutuskan berjalan-jalan sebentar di taman. Paru-paruku butuh penyegaran. Sebelumnya aku tinggal di Indonesia yang udaranya begitu pengap. Aku kembali kesini karena Jung-Soo, pria yang mengubahku menjadi curare tinggal di Busan. Aku sering mampir kesana dan baru sekarang aku pergi ke Seoul.

Pikiranku sedang melantur saat tiba-tiba semburat harum bunga mawar memenuhi rongga hidungku. Aromanya benar-benar keras dan memabukkan. Membuatku sinting.

Aku mendongak dan mendapati seoraang gadis sedang duduk di atas bangku taman, 25 meter dari tempatku berdiri. Tatapannya lurus ke depan, entah sedang melihat apa. Lebih tepatnya lagi, aku tidak peduli apa yang sedang dilakukannya karena semua yang ada di sekitar kami menjadi blur. Tidak fokus. Maksudku, tatapanku benar-benar terperangkap di tubuh gadis itu.

Sial! Kenapa aku tidak menemukannya dari kemarin saja? Sekarang sudah tanggal 16 Maret, aku harus menunggu satu bulan lagi untuk membunuhnya. Dan sialnya lagi, kenapa jantungku harus berdetak didalam rongga dada seorang perempuan? Aku sama sekali tidak siap dengan ini semua.

Lalu tiba-tiba saja gadis itu berdiri dan berjalan ke arah sebuah lapangan basket di seberang taman. Aku mengikutinya perlahan. Gadis itu berjalan begitu lambatnya, membuatku kesal saja! Kalau sekarang tanggal 15, aku pasti sudah menerkamnya dari tadi!

Dia mengeluarkan bola basket dari dalam tasnya dan kemudian aku kehilangan akal. Seluruh sistemku berantakan seketika.

 

***

 

HYE-NA’S POV

Seperti biasa, setiap pulang sekolah aku mendekam dulu di sebuah taman. Membiarkan lamunan menguasaiku. Pikiranku melantur kemana-mana. Dan tanpa sadar tiba-tiba aku ingat bahwa besok ada pengambilan nilai olahraga basket. Sial! Guru brengsek itu seperti tidak tahu saja kemampuanku! Jangankan memasukkan bola ke dalam keranjang, mendribble bola saja aku tidak bisa!

Aku ingat tadi aku meminjam bola basket sekolah untuk latihan. Beruntung seklai di seberang lapangan ini ada lapangan basket.

Pfiuuuuuuhhhhh…. Aku menghembuskan nafas pelan, lalu mengeluarkan bola dari dalam tas, membantingnya ke lantai, mencoba mendribble. Berkali-kali bola itu lepas dari tangkapan tanganku. Bosan, aku mulai mencoba melemparnya ke dalam keranjang. Walaupun tidak suka basket, aku benar-benar berharap bisa melakukan slam-dunk. Sepertinya keren sekali.

Lalu aku mencoba melompat. Aku tidak emrasa malu, toh tidak ada orang. Yah, aku hanya bisa melompat 20 senti dari atas tanah. Hahaha… mendekati tinggi ring saja tidak.

Tapi tiba-tiba aku merasa terbang. Tubuhku terangkat dari tanah dan seketika keranjang basket itu sudah sejajar dengan mataku. Mengikuti insting, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, aku mengangkat bola basket di tanganku dan memasukkannya ke dalam keranjang.

Lalu kakiku kembali menginjak tanah. Aku merasakan sepasang tangan memegangi pinggangku dan membalik tubuhku. Kemudian aku menatap seorang pria…. Pria yang ketampanannya melebihi khayalan terliarku tentang ketampanan seorang Edward Cullen. Pria yang memiliki ketampanan tak tertahankan sehingga aku harus menutup mata untuk menjernihkan pikiran.

Lalu aku membuka mataku kembali. Tidak… aku tidak salah…. Aku tidak akan heran kalau aku benar-benar tampak tolol sekarang. Mataku membelalakm lebar dan mulutku menganga menyaksikan pemandangan di hadapanku. Aku tidak memperhatikan yang lain. Mataku benar-benar tidak bisa dipalingkan dari wajah pria itu. Aku tidak bisa memberikan gambaran setampan apa dia karena kata-kata amat sangat tampan saja tidak cukup mewakili.

Darahku seolah mengalir ke kepala. Wajahku sudah benar-benar memerah sekarang. Aku bisa mengomentari satu hal. Matanya benar-benar indah dan begitu tajam. Rambutnya… rambutnya berantakan….

“Apa kau vampire?” ceplosku tanpa sadar.

Ya Tuhan, mau ditaruh dimana mukaku ini? Pertanyaan macam apa yang kulontarkan barusan?

“Sejauh apa Stephenie Meyer berhasil meracunimu?” tanyanya. Ada nada geli dalam suaranya yang lembut dan menenangkan.

“Mianhae,” ujarku setelah berhasil membenahi pita suaraku. Tubuhku berkeringat dingin. Aku menunduk, malu menatap matanya. Padahal satu-satunya hal yang kuinginkan adalah menatap wajahnya yang sempurna itu. Aku benar-benar tidak punya kemampuan untuk bicara dengan pria.

“Tapi kau pasti bukan manusia!” sergahku, berusaha mengajukan pembelaan diri, masih dengan wajah tertunduk.

“Kenapa?”

“Karena tak ada manusia setampan kau!” geramku.

“Oh, maaf, apa ketampanan wajahku mengganggumu?” tanyanya serius.

“Sangat!” jawabku.

“Maaf, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu,” ujarnya sambil tertawa kecil.

“Ada. Kau tinggal enyah dari hadapanku.”

Tiba-tiba aku sadar bahwa tangan pria itu dari tadi masih berada di pinggangku karena dia mengangkat tangan kanannya lalu memegang daguku.

“Aku sudah menemukanmu dan kalau itu sudah terjadi, tidak ada lagi alasan untuk melepaskanmu.”

 

***

 


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 57 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
Kyuhyun’s POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.007 сек.)