Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV
  7. KYUHYUN’S POV

Aku dengan sengaja bolos rekaman siang ini. Muak dengan segala tetek bengeknya. Memang semua ini adalah pilihanku, tapi bukan berarti aku jga harus mengorbankan seluruh waktuku, kan?

Ayahku, yang sialnya adalah pengusaha tersukses di negara ini, memaksaku untuk meneruskan kesuksesannya mengurus seluruh aset perusahaan yang tentu saja langsung kutolak mentah-mentah. Aku sama seklai tidak tertarik dengan semua itu sebenarnya. Dari dulu minatku hanya di bidang musik. Dan suka tidak suka, ayahku sama sekali tidak bisa mencegahku.

Ibuku untungnya tidak begitu banyak menuntut. Dia membiarkanku menentukan pilihanku sendiri. Dia juga yang memaksa ayahku untuk bersikap lunak terhadapku, makanya sekarang karirku bisa menanjak dengan begitu suksesnya walaupun ternyata aku tidak menyukai dampaknya terhadap kehidupanku. Yeoja-yeoja sialan itu selalu mengikutiku kemanapun aku pergi dan aku sama sekali tidak bisa menghardik mereka untuk berhenti merecokiku seperti itu. Manajerku bilang itu untuk keselamatan karirku. Huh, persetan dengan itu semua! Memangnya aku peduli!

Karena itu siang ini aku bolos rekaman dan memilih kabur ke bekas kampusku dulu. Aku pikir toh mereka semua tidak akan menyangka aku akan kabur kesini. Dan sekarang aku sedang di kantin kampuus, duduk di sudut sambil menyesap minumanku. Aku membetulkan letak kacamata hitamku dan menurunkan topiku sedikit. Sepertinya sekelompok gadis yang duduk tidak jauh dariku itu sudah memperhatikanku dari tadi. Ternyata jadi artis itu benar-benar melelahkan!

Aku sedang memperhatikan sekeliling saat tiba-tiba HP-ku berbunyi nyaring. Aku cepat-cepat mengangkatnya sebelum aku jadi pusat perhatian semua orang. Dan sesaat kemudian aku mendengar suara ibuku yang menangis terisak-isak, mengabarkan bahwa ayahku masuk rumah sakit karena serangan jantung mendadak. Bergegas aku menyambar tasku, menyampirkannya asal-asalan ke bahu lalu berlari ke lapangan parkir. Tapi baru setengah jalan tiba-tiba saja aku menabrak seorang gadis. Mataku terbelalak lebar saat semua barang bawaannya berjatuham dan laptopnya terhempas ke tanah dengan bunyi berdebam yang cukup keras. Sekalilihat aku tahu, laptop itu pasti langsung rusak.

Gadis itu dengan cepat memeriksa keadaan laptopnya, kemudian bangkit sambil menatapku bengis. Dia terperangah saat menatapku, tapi kemudian kelihatannya dia sudah bisa menguasai diri karena dia langsung melabrakku dengan suara memekakkan telinga.

“BRENGSEK KAU!!! KAU TAHU TIDAK, AKU HARUS MENYERAHKAN SKRIPSIKU SIANG INI DAN SEMUA DATAKU ADA DISINI, KAU PIKIR BAGAIMANA NASIBKU SEKARANG, HAH?!” bentaknya marah.

“Heh, agasshi, bukan salahku kan kalau ternyata kau juga tidak lihat-lihat jalan? Lagipula kalau kau tahu bagaimana perkembangan tekhnologi saat ini, kau seharusnya ingat untuk menyimpan datamu itu di flashdisk. Bukan begitu?”

“Bukan urusanmu!” sergahnya marah.

“Lalu kau mau apa? Mau aku bertanggung jawab? Sayang sekali, kesalahan bukan hanya berasal dari pihakku. Lagipula meskipun aku membelikanmu laptop yang baru, data-datamu itu tetap tidak akan kembali, kan?”

Dia menatapku sangar, seolah-olah aku ini setan, iblis, atau semacamnya. Kediamannya itu membuatku mendapat kesempatan untuk memperhatikan penampilannya dengan teliti.

Aku akui dia memiliki wajah cantik yang khas, aku belum pernah melihat gadis seperti ini sebelumnya. Yang cantik sih banyak, tapi tidak seperti dia. Tubuhnya, boleh kukatakan, benar-benar membuat iri gadis manapun. Kemeja itu membalut tubuhnya dengan pas, memperjelas lekuk-lekuk tubuhnya di tempat-tempat yang tepat. Rambut ikalnya diikat ekor kuda dan wajahnya benar-benar polos tanpa make-up. Kecantikan alami tanpa pisau bedah.

Saat memandanginya itulah tiba-tiba aku merasakan sesuatu. Rasa rindu yang aneh, seolah-olah aku sudah menunggunya sekian lama.

Aku memasukkan tanganku ke dalam saku, mencegah keinginan gilaku untuk memeluknya. Jantungku mulai berdetak tak beraturan. Apa-apaan ini?

 

***

 

HYE-NA’S POV

Aku menatapnya marah. Mencari kata-kata umpatan yang tepat untuk dilontarkan. Tapi aku malah mendapati sesuatu yang lain. Nafasku tercekat di tenggorokan, jantungku mulai mencoba melompat keluar dan keringat dingin mulai membasahi tubuhku.

Otakku tak bisa berpikir dengan cepat saat menyadari keberadaan rasa rindu yang meluap-luap menghujam dadaku. Ada apa ini? Aku kenapa?

Aku melihatnya menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Dia menatapku aneh, mengernyitkan dahi, kemudian tiba-tiba saja dia bergegas pergi. Masuk ke mobil Ferrari convertible hitam yang diparkir di sudut lalu menancap gas dalam-dalam.

Aku masih terperangah menatap kepergiannya yang tiba-tiba itu saat aku sadar apa yang terjadi. SKRIPSIKU!!!! Bagaimana ini?

 

***

 

Aku mendengus kesal sepanjang perjalanan pulang. Dosenku memberiku waktu 2 bulan untuk menyelesaikan skripsi itu. Yang benar saja! Aku menghabiskan 5 bulan terakhir untuk membuatnya, dan sekarang aku harus mengulangnya lagi?! Sial, sial, sial!!! Gara-gara dia!!!!!!

Aku memukul setir dengan sekuat tenaga, tidak mempedulikan rasa sakit yang menyerang setelah itu, mengumpat-umpat saat lampu merah menyala. Kios majalah di tepi jalan menarik perhatianku. Ada majalah yang memajang foto namja sialan itu!

Aku mengaduk-aduk tasku mencari dompet dan bergegas turun dari mobil.

“Ambil saja kembaliannya,” ujarku karena lampu hijau kembali menyala dan pengemudi lain sudah memencet klakson mobil mereka gara-gara mobilku yang menghalangi jalan.

Aku sampai di rumah 10 menit kemudian. Masuk ke rumah seraya membolak-balik majalah yang aku beli tadi.

Oh, jadi namanya Cho Kyuhyun? Penyanyi?

Aku merutuki kebiasaanku yang tidak pernah tertarik untuk menonton TV selama ini. Kalau tidak aku pasti sudah mengenalinya tadi! Sial!

Aku meraih HP dari dalam tasku yang berdering nyaring. Tersenyum senang saat melihat siapa yang meenelepon.

“Hai!” seruku, yang disambut tawa dari seberang sana.

“Hye-Na~ya, ada waktu tidak?”

“Kenapa? Mau traktir aku makan malam, ya?” godaku sambil membaca tagline berita tentang penyanyi brengsek itu.

“Yah, begitulah. Bisa?”

“Jemput ya jam 7.”

“OK!”

Aku memutuskan hubungan telepon, mencelos saat menyadari sesuatu yang aneh. Namanya Cho Kyuhyun? Kenapa rasanya aku sudah mengenalnya begitu lama?

 

***

 


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 47 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
KYUHYUN’S POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.007 сек.)