Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV
  7. KYUHYUN’S POV

Kami berangkat sekolah bersama pagi ini. Aku menjemputnya ke rumah. Sudah lama rasanya aku tidak berjalan bersisian seperti ini dengannya. Sepanjang jalan menuju kelas aku hanya menunduk menatapnya. Memfokuskan diri untuk mengaguminya.

Kami berdua tidak bicara apa-apa, hanya saling menatap, seolah-olah tidak ada orang lain di sekitar kami. Tapi aku rasa hal ini sangat pribadi sekali bagi orang lain, karena sekilas aku melihat beberapa gadis memalingkan wajah dengan muka memerah saat melihat kami.

“Kyuhyun oppa!” Eun-Ji tiba-tiba saja sudah berdiri di depan kami dengan wajah murka. “Apa-apaan kau?” tuntutnya.

Aku menatapnya aneh.

“Memangnya kenapa? Biasanya juga seperti ini, kan? Aku berdiri di sampingnya, selalu begitu sampai kau datang dan merusak segalanya.”

“Tapi kau bilang….”

“Aku berubah pikiran. Kalau pada akhirnya dia akan bunuh diri gara-gara aku, jauh lebih baik kalau aku merubahnya.”

“KAU!!!” jeritnya lalu pergi meninggalkan kami.

“Apa dia menyusun rencana untuk membunuhku?” tanya Na~ya cemas.

“Kalaupun iya, aku bersumpah tidak akan membiarkannya menyentuhmu sehelai rambut pun!”

 

***

 

“Senang melihat kalian berdua kembali seperti ini!” seru Ji-Yoo girang saat kami sedang makan di kantin.

Aku tersenyum melihatnya. Tapi senyumku langsung pudar saat Eunhyuk melangkah ke meja kami.

“Boleh aku bergabung?” tanyanya meminta izin. Sialnya, matanya hanya menatap Na~ya saat menanyakan hal itu.

Kalau dia bertanya pribadi padaku, aku dengan senang hati akan menolak permintaannya itu mentah-mentah.

“Boleh. Silahkan,” ujar Na~ya ramah, lagi-lagi membuat darahku menggelegak.

Tapi dia memberikan senyum termanisnya padaku, membuat kemarahan tadi menguap begitu saja. Lagi-lagi semudah itu.

Lima menit kemudian bel masuk berbunyi nyaring. Aku menarik tangan Na~ya bangkit saat tiba-tiba Eunhyuk mencegahku.

“Bisa kita bicara sebentar?”

Aku memandangnya, menimbang-nimbang sesaat lalu mengangguk. Aku menunduk menatap Na~ya, memegangi wajahnya dengan kedua tanganku.

“Tunggu aku di kelas,” bisikku.

Dia mengangguk dengan wajah memerah lalu berbalik pergi bersama Ji-Yoo. Aku kemudian menoleh ke arah Eunhyuk, menatapnya penasaran.

Namja itu menarik nafas sesaat lalu menghembuskannya.

“Kyuhyun~a, Hye-Na adalah bunga mawar di hati kita. Tapi apakah kau tahu apa yang paling dibutuhkan bunga mawar itu? Dia butuh cahaya matahari… dan Kyuhyun~a, kaulah cahaya mataharinya.”

“Maka dari itu, tidak ada gunanya perjuanganku untuk mendapatkannya. Sekeras apapun, pada akhirnya aku akan tetap kalah. Tapi kau harus ingat, kalau kau menyakitinya, sedikit saja, aku tidak akan segan-segan lagi untuk merebutnya dari genggamanmu!” Eunhyuk menatapku tajam. Memperingatkan.

Aku mengangguk paham. Dia kemudian melangkah pergi, tapi terhenti lagi saat mendengar ucapanku.

“Sayangnya Na~ya bukan hanya sekedar bunga mawar bagiku. Dia itu gerhana. Gerhana yang membutakan mata sehingga aku tidak bisa melihat hal-hal menarik lainnya di dunia. Seolah-olah hanya ada dia….”

 

***

 

HYE-NA’S POV

1 bulan kemudian…

 

Ini adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu seumur hidupku. Ulang tahunku yang ke-17. Tidak banyak yang berbeda 1 bulan terakhir. Yang berubah hanyalah kenyataan bahwa aku sudah lulus SMA dan sekarang sudah berumur 17 tahun.

Aku sudah mempersiapkan semuanya. Surat untuk ayahku yang mengatakan bahwa aku ingin hidup mandiri. Aku harus meninggalkan negara ini karena aku sudah melepaskan Kyuhyun dan tidak sanggup lagi dengan semua kenangan tentangnya di kota ini. Aku bilang aku sadar bahwa aku sama sekali tidak pantas bersanding dengan Kyuhyun dan bahwa Kyuhyun sudah pindah ke New York untuk melanjutkan kuliahnya. Aku harap ayahku percaya saja dengan isi surat konyolku itu.

Aku menatap bayanganku di cermin. Mengagumi hasil riasan Ji-Yoo. Gaun biru safir ini sangat cocok untukku. Sangat cocok sehingga aku terlihat pantas disandingkan di samping Kyuhyun.

Seseoarang memencet bel dan aku yakin bahwa itu dia. Lucu sekali, seolah-olah dia tidak punya kekuatan aneh itu saja.

“Masuk saja, oppa!” teriakku dan sedetik kemudian dia sudah memelukku dari belakang.

“Kau cantik sekali,” komentarnya sambil menatap bayangan kami di cermin.

“Gomaweo. Jasmu juga keren, oppa. Aku jadi tidak rela membawamu ke epsta ulang tahunku. Bisa-bisa semua gadis itu malah mengerubungimu nanti.”

“Cemburu, hah?” tanyanya sambil membalik tubuhku menghadapnya. Tangannya meluncur turun dan mendekap pinggangku. Membuatku tiba-tiba saja kehabisan nafas.

“Mau melakukan hal lain?” godanya sambil mengecup sudut bibirku.

“Aku sellau terbuka untuk ide lain,” ujarku terengah.

“Tentu saja tidak. Apakah 4 jam itu begitu lama sampai kau tidak sabar lagi ingin dicium olehku?”

“Malah sebaliknya. 4 jam itu begitu sebentar dan aku takut kecolongan sehingga kau melarikan diri dariku. Malam ini batas waktumu, oppa,” ucapku memperingatkan.

“Aku tahu. Ya sudahlah, kita berangkat sekarang?” tanyanya sambil mengulurkan tangan kirinya untuk kugandeng. Aku mengangguk dan dengan senang hati menyambut uluran tangannya itu.

 

***

 

Pesta ulang tahunku kali ini diadakan di hotel bintang lima. Aku sudah memprotes keras ide ayahku waktu itu, tapi ternyata dia sudah mempersiapkan segalanya, sehingga aku hanya bisa pasrah saja menerimanya. Dia malah mengundang anak murid satu sekolahan!

Aku meremas tangan Kyuhyun gugup. Aku sama sekali tidak suka keramaian. Tapi aku masih meluangkan waktu untuk melemparkan tatapan sadis ke arah para gadis yang secara terang-terangan menggoda Kyuhyun. Yang membuatku bangga, Kyuhyun bahkan sama sekali tidak mengalihkan tatapannya sedetik pun dariku.

Berlanjut pada penderitaan ini, semua orang mulai menghampiri untuk menyalamiku. Mengatakan selamat atau semacamnya, aku tidak terlalu memperhatikan. Aku jauh lebih berkonsentrasi dengan keberadaan tangan Kyuhyun di pinggangku. Benar-benar menggoda sekali.

Tiba-tiba saja HP-ku berbunyi. Aku melepaskan diri dari Kyuhyun dengan enggan lalu memencet tombol terima.

“Yeoboseyo, appa!”

“Yeoboseyo! Saengil chukhahae, Hye-Na~ya! Maaf ayah tidak bisa datang.pekerjaan disini benar-benar tidak bisa ditinggalkan.”

Aku tercekat. Air mata mulai menggenangi pelupuk mataku. Aku benar-benar sedih karena aku harus meninggalkannya.

“Gwaenchanayo, appa.”

“Baguslah kalau begitu. Kau senang, kan?”

“Ne, cheongmal haengbokhaeyo.”

“Ya sudah. Kelihatannya kau sedang sibuk mengurusi tamu undanganmu. Appa tidak mau mengganggu.”

“Tunggu sebentar, appa!”

Aku terdiam sesaat. Mencoba mencari kata-kata yang tepat.

“Appa, saranghamnida… cheongmal… saranghamnida….”

 

***

 


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 53 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
KYUHYUN’S POV| KYUHYUN’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.008 сек.)