Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

KYUHYUN’S POV

KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV | KYUHYUN’S POV |


Читайте также:
  1. KYUHYUN’S POV
  2. KYUHYUN’S POV
  3. KYUHYUN’S POV
  4. KYUHYUN’S POV
  5. KYUHYUN’S POV
  6. KYUHYUN’S POV

Aku meliriknya cemas. Kekhawatiran melandaku bagai air bah. Aku merasa sangat egois. Kenapa aku tak pernah bertanya apakah dia punya pacar atau tidak? Selama ini aku hanya sibuk memikirkan keinginanku sendiri. Tidak pernah memikirkan apa yang dia inginkan.

Mereka berdua saling mencintai dan aku merusaknya hanya karena keenggananku untuk memimpin perusahaan. Apa-apaan aku ini?

“Aku jamin perusahaan appamu tidak akan bangkrut jika kita tidak jadi menikah,” bujukku.

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kau pikir bagaimana pendapat semua orang jika kita membatalkan semuanya? Appku? Orang tuamu?”

Dalam hati aku membenarkan ucapannya. Tapi berusaha mengintimidasi, aku memegangi kedua sisi wajahnya dengan tanganku, menatapnya dalam-dalam.

“Sekitar setahun setelah kita menikah, kau boleh meminta cerai padaku. Kapan saja kau mau. Toh pernikahan ini cuma menuntut pewaris keturunan. Kau bisa bilang aku mandul atau semacamnya, aku sama sekali tidak keberatan.”

Tawa frustasi keluar dari sela-sela bibirnya.

“Oke… oke… terserah kau saja. Jadi bagaimana kalau sekarang kau pergi, karena pengantin pria kan seharusnya tidak menemui pengantin wanita.”

Aku mengangguk, melepaskan tangannya yang masih berada dalam genggamanku. Oh, apakah aku sudah bilang? Dia mempesona sekali hari ini. Membutakan.

***

HYE-NA’S POV

Aku merasakan semua orang menatapku, menjadikanku pusat perhatian saat aku melangkah tegang ke tempat Kyuhyun berdiri. Acara pernikahan taddi pagi berlangsung sukses dan tidak ada terlalu banyak orang, hanya ratusan mungkin. Tapi sekarang? Apakah lima ribu orang itu sebanyak ini? Sekilas aku malah menyadari dengan ngeri bahwa ini bahkan belum mencapai setengahnya.

Aku berkonsentarasi menatap Kyuhyun yang sudah menungguku di ujung ruangan. Latar belakang ribuan kelopak bunga yang menjuntai, membuat pemandangan ini semakin dramatis. Daun-daun indah yang berguguran di sepanjang jalan menemani langkahku. Apa tema pesta ini? Musim gugur yang melingkupi para tamu? Sekaligus musim semi yang dihadirkan di sekitar tempat berdiri pengantin?

Dia tampan sekali. Berapa kali lagi aku harus terkejut saat mendapatinya menjadi lebih tampan dan lebih tampan lagi?

Tapi anehnya dia juga balas menatapku dengan sorot kagum yang sama. Seolah-olah aku ini bidadari dan dia memenangkan taruhan untuk mendapatkanku. Dia begitu mempesona sekaligus begitu terpesona.

Aku sempat menyesal karena tidak melirik kaca tadi saking tegangnya menanti momen ini. Dan sekarang semuanya terasa begitu kekanak-kanakan.

Memanfaatkan kesempatan, aku melirik cermin yang diapasang menutupi dinding, memantulkan semua keramaian ini. Dan aku terkesiap kaget mendapati bahwa aku bahkan puluhan kali lebih cantik daripada tadi pagi. Gaun putih ini mewah sekali dan dandananku terasa begitu pas dengan wajahku yang berseri-seri bahagia.

Tinggal tiga langkah lagi menuju Kyuhyun dan konsentrasiku langsung terpecah saat melihat senyum kemenangan yang tersungging di bibirnya. Aku memegangi ayahku erat-erat, takut dengan berbagai kesalahan yang mungkin saja terjadi. Takut aku terserimpet gaunku sendiri dalam ketergesaanku menggapai tangannya.

Sekilas aku teringat peristiwa 10 jam yang lalu saat kami mengucapkan janji pernikahan. Saat itu aku merasa seolah-olah dia sudah benar-benar jadi milikku. Suamiku. Kawan hidupku.

Sekarang dia mengulurkan tangannya ke arahku dan aku menyambut uluran tangannya itu dengan senyum bahagia. Oh, masa bodoh apapun yang dipikirkannya nanti. Aku tidak keberatan kalau dia berpikir bahwa aku ini wanita genit yang begitu cepat berpindah hati. Persetan dengan itu semua! Yang jelas sekarang aku berada di sampingnya. Aku yang mendapatkannya.

Para wartawan berebut meemotret kami berdua, sedangkan kami mulai sibuk meladeni antrian para tamu yang datang untuk menyalami kami. Seperti tidak ada habis-habisnya, aku terus menyalami mereka, tersenyum sampai sekitar satu jam kemudian. Saat antrian sudah mulai berkurang dan para tamu mulai riuh menikmati hidangan, aku menghempaskan tubuh ke atas kursi. Kelelahan.

Kyuhyun menyodorkan segelas air padaku yang langsung kusambut dengan rasa penuh terima kasih. Saat itulah seorang gadis mungil melangkah lincah mendekati kami. Dia manis sekali. Dan menilik dari wajahnya, dia seumuran denganku.

“Annyeong!” sapanya ramah seraya merangkul dan mencium pipiku.

“Choi Ji-Yoo imnida, manajer Kyuhyun,” ujarnya sambil melempar tatapan kesal ke arah Kyuhyun. “Kenapa kau tidak mengenalkannya padaku?” tuntutnya.

“Sekarang kan kau sudah kenal,” jawab Kyuhyun cuek.

“Huh, kau ini! Ya sudahlah, aku cari makan dulu, awas saja kalau makanannya tidak enak, kuhabisi kau!” serunya ke arah Kyuhyun lalu melambai kepadaku kemudian berlalu dari hadapan kami.

“Dia menyenangkan sekali,” gumamku terpesona.

“Tapi terkadang juga menyebalkan,” timpal Kyuhyun.

Aku menatap gadis itu lagi untuk beberapa lama, dia benar-benar penuh semangat. Bergerak lincah kesana kemari menyapa semua orang.

“Kau tidak naksir padanya?” selidikku.

Kyuhyun menggeleng, raut wajahnya menunjukkan bahwa dia menganggap pertanyaanku tadi konyol sekali.

“Dia naksir Eunhyuk.”

Aku menatap Kyuhyun, membuatnya tersadar sudah kelewatan.

“Maaf, aku lupa,” gumamnya pelan.

“Lupakan.”

***

Music familier mengalun merdu. Lagu kesukaanku. The Carpenters, Close To You. Beberapa tamu mulai bergerak ke tengah ruangan, berdansa dengan pasangannya masing-masing. Dan tiba-tiba saja Kyuhyun sudah berdiri di hadapanku, membungkuk sopan seraya mengulurkan tangan..

Dengan tegas aku menggeleng kuat-kuat.

“Aku tidak bisa,” elakku.

“Aku bisa,” ujarnya, menatap mataku dalam-dalam lagi. Dan lagi-lagi seperti biasa, dengan mudahnya aku tertawan.

“Kau curang!” tuduhku.

Dia nyengir dengan tampang polos lalu membantuku melangkah dengan segala keribetan gaun ini. Orang-orang member jalan agar kami bisa lewat.

“Pegang tanganku,” katanya mengarahkan.

Aku menurut lalu dia meraih tangan kiriku untuk diletakkan di bahunya. Tapi konsentrasiku lebih terfokus ke diriku sendiri agar tidak terengah-engah akibat dampak keberadaan tangannya di pinggangku.

Dia pedansa yang hebat dan dia sabar sekali mengarahkan gerakanku.

“Sejak kapan di pernikahan ada acara dansa-dansa segala?” protesku dengan suara rendah.

“Entah. Ini kan ide eomma. Dia suka pesta pernikahan anak temannya dan ingin menirunya.”

Kami terdiam lagi. Aku pikir aku harus memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Aku menghirup wangi tubuhnya dalam-dalam. Seperti wangi cologne, tapi bercampur lagi dengan wangi lain yang lebih pekat, wangi tubuhnya sendiri, dan aku benar-benar menyukainya.

“Kau sudah baikan?” tanyanya tiba-tiba.

Setengah sadar aku mengangguk. Musiknya sudah berganti dengan musik lain. Instrumental megah yang tidak kuketahui judulnya, tapi indah sekali. Kami berdua terus berdansa. Aku bahkan setengah yakin bahwa dia tidak sadar musiknya sudah berubah, karena dia dari tadi hanya menunduk menatapku.

“Ngomong-ngomong, eomma dan appa memberikan tiket bulan madu untuk kita.”

Aku mendongak menatapnya dan baru menyadari bahwa hal itu merupakan suatu kesalahan, karena lagi-lagi aku terperangkap dalam tatapannya.

“Eh, kemana?” tanyaku nyaris sinting.

“Paris,” ujarnya tak yakin. “Aku bisa membatalkannya kalau kau mau. Biar aku yang bicara pada eomma dan appa.”

“Jangan!” cegahku, lalu cepaat-cepat meralat sebelum dia berpikir yang tidak-tidak, “Kau pikir kapan lagi aku bisa kesana? Gratis lagi!”

Dia tertawa kecil melihat tingkahku.

“Hati-hati Nyonya Cho, kau hanya pergi berdua denganku.”

“Oh, ya? Lalu kenapa?” tantangku.

“Kau yakin bisa menjaga diri dari pesonaku?”

“Sialan kau!”

***


Дата добавления: 2015-11-14; просмотров: 62 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
KYUHYUN’S POV| EUNHYUK’S POV

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.009 сек.)