Студопедия
Случайная страница | ТОМ-1 | ТОМ-2 | ТОМ-3
АрхитектураБиологияГеографияДругоеИностранные языки
ИнформатикаИсторияКультураЛитератураМатематика
МедицинаМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогика
ПолитикаПравоПрограммированиеПсихологияРелигия
СоциологияСпортСтроительствоФизикаФилософия
ФинансыХимияЭкологияЭкономикаЭлектроника

Februari 2013

Читайте также:
  1. Februari 2013

Akhirnya aku masuk sekolah juga hari ini! Setelah dua hari tidak masuk. Keadaanku belum pulih sih. Tapi aku sudah ketinggalan pelajaran dan selama dua hari ini, aku tidak bertemu dengannya. Aku sangat merindukannya. Hari ini, aku bertekad untuk mendekatinya. Mengenalnya lebih jauh lagi. Tapi perasaan takut akan ditolak terus saja melanda hatiku. Apa dia akan menerimaku dengan tangan terbuka? Atau malah menolakku mentah-mentah?

Aku berjalan memasuki gedung sekolahku. Ah! Itu dia! Dia juga sedang berjalan menuju kelasnya! Apa aku samperin dia aja, terus jalan ke kelas bareng? Kan kelas kita sebelahan. Aku pun mempercepat laju berjalanku agar bisa menyusulnya.

“Oppa! Kau sudah sembuh?” tiba-tiba ada seorang gadis yang menarik lenganku dan menahanku.

Ck! Sialan! Kenapa sih gadis ini selalu mengekoriku! Ah! Dia sudah naik tangga kan! Sialan! “Udah kok,” jawabku singkat dengan nada ketus aar gadis itu sadar kalau aku kesal diganggu olehnya setiap hari. Ini nih, gadis yang selalu setia mengekoriku kemanapun.

“Kok bete gitu mukanya? Kenapa?” tanyanya dengan nada manja yang sangat membuatku muak.

“Gapapa. Aku mau ke kelas,” kataku sambil ngeloyor pergi dan melepaskan lengan gadis itu yang sejak tadi menahan tanganku.

Hilang sudah satu kesempatanku untuk mengenalnya lebih dekat. Aku melangkahkan kakiku dengan lancar menuju kelasku yang berada di lantai dua sampai ekor mataku menangkap sesosok gadis yang sedang berada di perpustakaan. Aku melirik jam tanganku, masih ada 20 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Dia sedang melihat-lihat buku yang ada diperpustakaan. Dia mencari buku apa ya?

Tak lama, ia sudah menemukan buku yang dicarinya. Buku yang sangat tebal. Kemudian ia duduk di kursi yang disediakan perpustakaan agar murid-murid bisa membaca dengan nyaman. Ia pun tenggelam kedalam lautan kata-kata dalam buku tersebut sambil sesekali menuliskan sesuatu di salah satu bukunya yang tergeletak di atas meja. Aku pun mengambil buku dengan asal. Kemudian duduk disebelahnya. Tampaknya ia tidak sadar ada orang yang duduk disebelahnya.

Aku pun memberanikan diri untuk menyapanya, “Annyeong?”

“Eh? A…annyeong,” ia terlihat kaget, namun tetap menjawab sapaanku. Namun dalam sekejap, ia sudah tenggelam lagi kedalam lautan kata dari buku yang dibacanya.

Namun ada yang aneh. Dia terlihat gelisah. Padahal dia tadi tenang-tenang saja sebelum lihat aku. Apa dia sebegitu tidak sukanya padaku? Aku pun mencoba untuk mengobrol dengannya, walaupun aku sedikit kecewa dengan reaksinya.

“Kamu…” belum selesai aku bicara, dia sudah berdiri dan bersiap untuk pergi. Seketika aku menahan tangannya, “hei, aku belum selesai bicara,” tahanku.

“Mi….mianhae, aku harus segera ke kelas,” ucapnya lagi-lagi dengan nada gugup. Ia pun segera berjalan keluar dengan membawa buku-bukunya.

“Ssshhh~” aku mendesah panjang karena kecewa. Sepertinya dia sangat tidak menyukaiku. Aku pun berdiri dan berniat mengembalikan buku yang tadi kuambil, namun ekor mataku menangkap sebuah buku yang tergeletak dengan manisnya di meja. Sebuah buku dengan cover berwarna cokelat muda dengan motif bunga-bunga halus.

Aku pun membuka buku itu dengan harapan dapat menemukan identitas pemiliknya. Dihalaman pertama tertulis namanya! Ini buku miliknya! Ini kesempatanku untuk mengenalnya lebih jauh! Aku pun memasukkan buku itu kedalam tasku dan berjalan keluar dari perpustakaan menuju kelasku.

Saat aku melewati kelasnya, aku melirik sebentar, tapi dia tidak ada di kelasnya. Tapi tas dan buku-buku yang dibawanya tadi tergeletak di salah satu meja dikelasnya. Aku pun meneruskan berjalan menuju kelasku yang berada tepat disebelah kelasnya.

Bel berbunyi. Pelajaran pun dimulai. Saat aku mengambil buku pelajarang dari tasku, aku melihat buku miliknya menyembul. Rasa penasaranku pun tumbuh dan jadilah aku membuka buku tersebut dan membaca isinya.

10 April 2012

Kyaaaaa~ aku berpasangan dengannya untuk tugas pelajaran Kimia! Senangnyaaaa~

11 April 2012

Hari ini aku mengerjakan tugas Kimia bersamanya! Senangnyaaa~ ternyata dia pintar sekali dalam pelajaran Kimia, aku terbantu!

DEG. Benarkah ini? Apa ini benar-benar buku miliknya? Apa ini semua dia yang menulisnya? Tugas kimia saat kelas 1 yang harus dikerjakan secara berpasangan. Dan memang saat itu, pasanganku adalah dia! Tuhan, sesenang inikah dirinya? Padahal dia terlihat tidak nyaman saat itu.

Aku pun melanjutkan membaca diarinya ini.

Seperti biasanya, dia selalu dikelilingi banyak gadis cantik.

Tadi aku melihat dia sedang bersama seorang gadis di halaman belakang. Apa yang sedang mereka lakukan? TT.TT aku ta bisa mendengar percakapan mereka. Tapi gadis itu malah berlari sambil menangis meninggalkannya yang masih berdiri dengan santainya.

Aku menyukainya, Tuhan. Sangat menyukainya. Tapi aku tahu, aku bukanlah gadis yang pantas untuk bersanding disisinya. Aku dan dia sangat tidak cocok. Banyak gadis yang lebih pantas untuk bersanding disisinya. Tapi aku sangat mencintainya. Aku tidak rela jika harus ada gadis yang bersanding disisinya. Apa aku salah? Aku menginginkan hal yang mustahil untuk terpenuhi. Tidak mungkin dia tertarik pada orang seperti aku ini. Pendiam, kuper, dan tidak pandai bergaul. Pasti dia memandangku sebagai gadis yang kampungan. TT.TT

Oh Tuhaaaan, aku tidak bisa lagi membendung perasaanku padanya. Aku sangat cemburu saat dia bisa tersenyum dan tertawa dengan lepas bersama gadis lain. Bukan kepadaku.

Lagi-lagi dia duduk di bawah pohon di halaman belakang sekolas. Setelah naik ke kelas 2, aku hanya bisa memandangnya yang sedang duduk disitu karena sekarang aku tidak lagi sekelas dengannya. Kecewa deh, padahal aku sangat berharap bisa sekelas sama dia lagi. Tapi sudah begini, mau gimana lagi?

Setiap hari aku selalu melihatnya duduk bersandar di bawah pohon di halaman belakang sekolah. Kadang, ia tidak duduk sendirian. Ada seorang gadis yang sering bersamanya. Bukan hanya jika ia duduk di bawah pohon. Tapi hampir disetiap ia berada, gadis itu selalu bersamanya. Tidak jarang pula gadis itu menggandeng, memeluk, dan berjalan beriringan dengannya. Aku cemburu! Sangat cemburu saat melihat gadis itu bersamanya. Tuhan, bisakah aku bertahan?

Terkadang, ingin rasanya aku menghilangkan perasaanku terhadapmu. Tapi hati ini sudah terlalu mencintaimu. Hati ini sudah terlalu lama berharap akan hadirnya dirimu. Tak jarang aku merasa leleah. Tapi sesering itu pula kau sering menghadirkan semangat hanya dengan memperlihatkan senyummu, walaupun aku tahu senyum itu buan ditujukan untukmu. Tapi itu saja sudah cukup untukku. Melihatmu bahagia bisa membuatku bahagia juga. Selama kamu bahagia, selama itu pula aku akan bahagia.

Mungkin cinta ini tak akan terbalas. Dan aku pun sadar, cinta tak harus memiliki. Cukup jika kau menemukan kebahagiaanmu, aku akan ikut bahagia. Sanggupkah aku bertahan nantinya? Entalah. Tuhaan, cinta ini sudah menguasai hatiku. Apa aku sanggup menghapus seluruh perasaan ini dari hatiku? Ingin rasanya aku melupakannya, tapi hatiku masih tetap berharap. Salahkah?

Astagaaaa~ apa dia benar-benar mencintaiku hingga seperti ini? Aku yakin tulisan-tulisan ini mengenai diriku karena tak jarang ia menuliskan namaku di akhir curhatannya terhadap buku diarinya. Aku pun mengerti kenapa dia seperti tidak menyukaiku. Ya Tuhan, ternyata perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan.

***

Girl’s POV

Tuhaaaan, dimana buku diariku? Di tas tidak ada, di perpustakaan juga tidak ada. Aku yakin sudah memasukkannya ke dalam tas tadi malam. Kenapa bisa hilang? Apa jatuh? Tuhaaaan, bagaimana kalau ada yang membacanya? Di buku itu kan berisi curatanku tentang dia!

Selama pelajaran, aku tidak bisa konsentrasi sama sekali. Untungnya guru-guru tidak ada yang menyadari kalau hanya bengong saja melihat papan tulis sehingga aku ta mendapat teguran.

Bel istirahat makan siang berbunyi. Aku hanya duduk ditempatku dengan bosan. Tapi aku juga tak berniat beranjak sedikitpun. Aku masih saja memikirkan nasibku dan buku harianku. Dimana buku itu sekarang?

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk bahuku pelan. Kutegakkan kepalaku yang sedari tadi melekat dengan manisnya dimeja. Ha? Ke…kenapa dia ada disini? Apa dia yang menepuk bahuku tadi? Kuedarkan pandanganku ke sekeliling kelas, tidak ada siapapun, hanya ada aku dan dia.

“Bisa ikut aku sebentar?” tanyanya lembut.

Aku memandangnya dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Tapi focus mataku beralih lagi ke tangan kanannya yang kini membawa sebuah buku. Buku yang sedaritadi kucari. Buku harianku! Kenapa buku itu bisa ada ditangannya? Tuhaan, apa dia baca semuanya? Bagaimana ini?

“Ehem,” dia berdehem dan lamunanku pun buyar. “Kamu ga sibuk kan?” Tanyanya lagi dan aku hanya menggeleng.

Dia meraih tangan kananku dengan tangan kirinya, menarikku hingga akupun berdiri. Lalu dia berjalan sambil menggandeng tanganku. Terus berjalan hingga kami sampai di atap gedung sekolah. Ia membawaku ke pagar pembatas dan duduk bersandar disana. Otomatis, aku duduk disampingnya.

Dia menaruh buku harianku dipangkuanku dan memulai penjelasannya, “maaf kalau aku lancang membaca isi buku harianku. Aku sungguh-sungguh minta maaf atas kelancanganku. Tapi aku sama sekali tidak menyesal,” dia berhenti sejenak.

“Bukan cuma kamu yang memendam perasaan cintanya. Bukan cuma kamu yang ingin memiliki. Bukan cuma kamu yang selalu berharap. Bukan cuma kamu yang merasa lelah.”

Dia meletakkan tanganku yang sedari tadi masih digenggamnya di dadanya. “Hatiku ini juga mencintaimu. Hatiku ini juga ingin memilikimu. Hatiku ini juga berharap akan terbalasnya cinta yang tumbuh untukmu.”

Air mataku mengalir membentuk sungai kecil dipipiku. Aku terharu. Aku tidak pernah menyangka kalau dia juga mencintaiku. Sangat tidak menyangka. Dia mengusap air mata yang sudah terlanjur menetes ini dengan jari-jarinya yang lembut. Dengan penuh perasaan dia terus saja mengusap air mataku karena aku belum juga berhenti menangis.

“Hey, jangan menangis dong,” ucapnya lembut.

“Ka…kamu…beneran…suka…sama…aku?” aku memberanikan diri untuk menatap tepat dimanik matanya dan bertanya.

Seketika tubuhku berada dalam pelukannya. Dia memeluk tubuhku erat. Kemudian dia berbisik “saranghae yo” dengan lembut ditelingaku.

***


Дата добавления: 2015-11-16; просмотров: 40 | Нарушение авторских прав


<== предыдущая страница | следующая страница ==>
So, I love you so much! <7 Enjoy reading….| Februari 2013

mybiblioteka.su - 2015-2024 год. (0.009 сек.)